Dialog Siswa SMAN 4 Malang dengan Mantan Ekstremis
Aliansi Indonesia Damai – Akhir Februari lalu, AIDA menggelar Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 4 Malang, Jawa Timur. Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Iswanto, mantan pelaku ekstremisme kekerasan. Lebih dari 50 siswa mengikuti kegiatan ini secara daring. Beberapa di antaranya berdiskusi langsung dengan Iswanto.
Salah seorang siswi menanyakan terkait motivasi besar dalam diri Iswanto untuk mencari kebenaran, sebelum kemudian memutuskan bergabung dengan kelompok ekstrem. Menanggapi hal tersebut, Iswanto mengungkapkan, setidaknya ada dua hal yang mendasari keputusannya bergabung dengan jaringan kekerasan.
Baca juga Generasi Muda Duta Perdamaian
Pertama, sejak awal ia memang sudah didoktrin untuk mengikuti kelompok Jamaah Islamiyah (JI), bahkan pengajian-pengajian yang diikutinya juga bersifat khusus. Kedua, kala itu dirinya meyakini bahwa bergabung dengan kelompok tersebut adalah jalan kebenaran.
“Artinya bahwa kelompok yang lain itu salah. Apakah tidak mau mencari kebenaran? Kita (saat itu: Red) sudah yakin bahwa kelompok kita benar dan menuju surga, sehingga kita yakin betul,” ucap Iswanto.
Baca juga Generasi Muda Cinta Damai
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa pengajian yang diikutinya dulu memang tidak seperti lazimnya yang berjalan di masyarakat. Pengajian kelompok ekstrem biasanya bersifat tertutup, satu arah, dan doktriner, sehingga anggota tidak ikut dengan pengajian yang lainnya. “Sulit bagi anggota untuk menerima pengajian dari kelompok lain. Selain itu materi yang disampaikan pun berfokus pada materi terkait dakwah dan jihad,” katanya.
Salah seorang siswa lain menanyakan strategi menyaring pengajian. Menurut Iswanto, saat ini orang-orang menganggap bahwa semua pengajian bersifat positif. Padahal masih ada beberapa pengajian yang justru menyudutkan kelompok atau ustaz lain. Berdasarkan pengalamannya, Iswanto berpesan agar siswa-siswi mengikuti pengajian yang mengajak ke arah perdamaian, dan bukan sebaliknya.
Baca juga Pelajaran Damai dari Mantan Ekstremis
“Terkadang pengajian itu bukan mengarah pada perdamaian tapi malah mengklaim bahwa pengajian lain tidak benar. Tidak ada larangan untuk ikut pengajian, cuma kita harus bisa menyaring. Bertanya kepada mereka yang ahli. Jangan dipaksakan untuk memahami sendiri,” ujarnya memungkasi penjelasan. [WTR]
Baca juga Inspirasi Damai Siswa SMAN 3 Malang