14/07/2021

Bersinergi Melawan Provokasi Kekerasan

Aliansi Indonesia Damai – Rentetan aksi teror terus terjadi di Indonesia. Salah satu pihak yang kerap menjadi target serangan adalah aparat negara, khususnya kepolisian. Salah seorang peserta “Halaqah Alim Ulama: Menguatkan Ukhuwah Melalui Pendekatan Ibroh” memertanyakan alasan aparat negara menjadi target teroris.

Kegiatan ini dilaksanakan oleh AIDA secara daring pada Kamis (08/07/2021). Lebih dari 100 tokoh agama di wilayah Sulawesi berpartisipasi aktif. Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Ali Fauzi Manzi, mantan pelaku terorisme.

Baca juga Pentingnya Saling Menyalehkan

Merespons pertanyaan di atas, Ali mengungkapkan bahwa teroris menganut paham takfiri, yaitu pengkafiran terhadap sistem politik dan hukum yang berlaku di NKRI, serta menganggapnya sebagai thaghut. Walhasil aparat negara dianggap sebagai ansharut thaghut (pembela thaghut). TNI dan polisi yang menjadi garda terdepan dalam menjaga NKRI boleh diserang. “Menyerang polisi berpahala, karena polisi dianggap menghalangi visi misi untuk menegakkan khilafah islamiyah versi mereka,” ujarnya.

Ali menegaskan, publik jangan sampai terprovokasi terhadap narasi yang dikembangkan kelompok teror bahwa polisi adalah penindas umat Islam. Pasalnya kondisi inilah yang justru disukai oleh kelompok teror, sebab apa yang mereka lakukan seolah mendapatkan legitimasi dari umat. Tidak jarang, masyarakat tergiring dengan opini bahwa aksi teror merupakan hidden agenda dari aparat negara.

Baca juga Menyerukan Semangat Perdamaian kepada Ulama Sulawesi

Dalam pengamatannya, banyak orang yang masih meyakini bahwa terorisme hanya rekayasa, pengalihan isu, dan konspirasi. “Tidak ada campur tangan TNI, BIN, atau polisi. Dari pengalaman saya, tidak ada hidden agent yang punya niatan seperti itu,” katanya.

Menanggapi maraknya isu tersebut, Ali mengajak para peserta untuk tidak tinggal diam. Semakin masyarakat memilih untuk diam, maka akan semakin masif penyebarannya. Setidaknya, hal tersebut merupakan satu langkah kecil yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran hoax yang mengarah pada ekstremisme kekerasan.

Baca juga Islam Rahmat Identik Perdamaian

Ali menyatakan, harus ada sinergi antara pemerintah dengan kelompok Islam, salah satunya dengan melibatkan tokoh agama dalam penanganan terorisme di Indonesia. Salah satu faktor pendorong seseorang masuk ke dalam ideologi ekstrem adalah pemahaman tentang ideologi jihad yang kebablasan. Banyak yang hanya memaknai jihad secara mikro sehingga tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadis. Sehingga peran tokoh agama penting untuk meluruskan pemahaman yang keliru.

“Yang salah adalah memaknai jihad secara mikro, bahwa jihad itu hanya membunuh orang-orang kafir. Kalau dia bawa ransel dan diledakkan di pinggir jalan kemudian diklaim sebagai jihad, ya salah kaprah. Ada paham keagamaan yang salah yang perlu diluruskan. Siapa yang bisa meluruskan? Ya tokoh agama,” katanya menegaskan. [WTR]

Baca juga Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *