Buah Kesabaran Penyintas Bom
Aliansi Indonesia Damai – Ramdhani, penyintas Bom Kuningan 2004, tak pernah menduga anak pertamanya bisa meraih gelar sarjana. Meski peristiwa bom tersebut membuatnya tak lagi bisa bekerja, ia merasa bersyukur anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Tak jarang ia menitikkan air mata saat mengingat kerasnya kehidupan justru mengantarkannya pada keberkahan hidup.
Ramdhani adalah seorang pekerja keras. Ia pernah harus menyewa sepeda motor tetangganya untuk menjadi tukang ojek demi menghidupi keluarganya. Ia juga sempat menjual gorengan di depan rumahnya sebelum akhirnya diterima bekerja sebagai housekeeping di PT Binakarsa Swadaya yang terletak di kawasan Kuningan Jakarta Selatan pada tahun 2000.
Baca juga Penyintas Bom Bali Berbagi Ketangguhan di SMKN 3 Surakarta
Meski hidup dengan sederhana, saat itu Ramdhani merasa cukup bisa memenuhi kebutuhan keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya. Namun nahas tak dapat ditolak. Tahun 2004, kehidupan Ramdhani berubah karena ia menjadi korban ledakan bom di depan Kedutaan Besar Australia yang letaknya tak jauh dari tempatnya bekerja.
Hari itu, 9 September 2004, ia bekerja seperti biasa. Tak ada firasat apa pun yang menunjukkan hal buruk akan terjadi. Sekitar pukul 10 pagi, Ramdhani membersihkan kaca di lantai 4. Tiba-tiba tubuh Pria berusia 54 tahun ini terlempar karena ledakan yang begitu dahsyat. Kaca yang ia bersihkan hancur menjadi serpihan dan menghujani tubuhnya. Ia pingsan di lokasi kejadian.
Baca juga Mencetak Generasi Muda Berkarakter Damai
“Saya terkena serpihan kaca di kepala bagian kanan dan pelipis sebelah kiri. Saya juga mengalami gegar otak ringan,” ujarnya di salah satu kegiatan AIDA.
Dampaknya, ia harus menjalani perawatan selama tiga minggu di RS MMC, Jakarta. Terdapat masalah di bagian pembuluh darah yang menghubungkan otak dan lehernya. Selama bertahun-tahun, Ramdhani harus menahan nyeri pada bagian kepala, leher, hingga punggungnya. Bahkan sampai saat ini ia tetap rutin meminum obat dan kontrol ke rumah sakit.
Baca juga Generasi Muda Cerdas Bermedsos
Bukan hanya dampak fisik, dampak psikis pun ia rasakan. “Saat mendengar ledakan, jantung saya berdebar kencang dan kepala saya pusing, dulu juga saya mudah emosi dan sering marah,” ujarnya.
Meski demikian, Ramdhani tetap berusaha melanjutkan hidupnya secara normal. Ia bersyukur dukungan datang dari berbagai pihak. Ia mendapat banyak dukungan mental dan material dari kerabat dan teman-temannya. Bahkan, ia mendapat bantuan untuk menyekolahkan anak-anaknya. Ramdhani hanya mencoba menjalani segala yang telah menjadi takdir dengan penuh kesabaran. Kini ia tinggal memetik hasilnya. [LADW]
Baca juga Dialog Mantan Napiter dengan Siswa SMKN 3 Surakarta