Kemendikbud: Generasi Muda Jangan Terseret Ekstremisme
Aliansi Indonesia Damai- Masa sekolah adalah momentum paling ideal untuk membangun karakter generasi muda dan mendukungnya meraih prestasi sebanyak-banyaknya. Meski demikian, generasi pelajar juga rentan terseret ajakan ekstremisme.
Kasi Kepribadian Direktorat SMA Kemendikbud Ristek, Alex Fingadi, mengatakan, ekstremisme kekerasan di lingkungan sekolah menjadi salah satu persoalan yang mesti menjadi perhatian bersama. Selain perundungan dan kekerasan seksual, ekstremisme kekerasan di kalangan pelajar adalah dosa besar dunia pendidikan Indonesia.
Baca juga Pesan Perdamaian Pelajar Malang (Bag. 1)
“Mas Menteri (Nadiem Makarim: red) di mana-mana menekankan tiga dosa besar yang masih belum hilang di satuan lingkungan pendidikan kita. Bullying, intoleransi dan radikalisme, serta kekerasan seksual. Ini perhatian utama kita,” ujarnya saat menyampaikan sambutan dalam Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang digelar AIDA bersama Kemendikbud Ristek, Senin (04/10/ 2021).
Di masa pandemi Covid-19, Alex melanjutkan, para pelajar lebih banyak menghabiskan waktunya di dunia digital dan media sosial (medsos). Dalam keadaan begitu dibutuhkan kecerdasan bermedsos, terutama dalam memfilter informasi yang tidak baik dan paham ekstremisme. Ajakan-ajakan kekerasan banyak bertebaran di media sosial, sehingga dibutuhkan kehati-hatian generasi muda agar tidak terseret ekstremisme.
Baca juga Buah Kesabaran Penyintas Bom
Saat ini Kemendikbud Ristek aktif menyuarakan pentingnya nilai-nilai perdamaian bagi kalangan siswa, terutama pendidikan karakter untuk menghormati perbedaan di tengah masyarakat yang beragam. “Kami mengajak para generasi emas untuk terus berkarya berlandaskan karakter pelajar Pancasila, yaitu beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong-royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif,” katanya.
Dengan karakter itu para pelajar diharapkan mampu menjadi duta damai di sekolah dan lingkungannya. Sebab, sekolah adalah tempat memupuk karakter, kepribadian, dan pendidikan bagi generasi selanjutnya. “Generasi muda harus bisa menjadi agen perubahan, baik di sekolahnya maupun di lingkungan sekitar. Mampu menciptakan lingkungan sekolah sebagai rumah kedua yang bebas dari kekerasan,” tuturnya.
Baca juga Penyintas Bom Bali Berbagi Ketangguhan di SMKN 3 Surakarta
Pada akhir sambutannya, Alex berharap generasi muda mampu menorehkan prestasi dan karakter hebat menuju 100 tahun Indonesia merdeka. “Ini adalah generasi emas. Tahun 2045 generasi muda ini mungkin akan menjadi pejabat publik dan orang luar biasa untuk memberi sumbangsih bagi bangsa dan negara. Karena itu jangan sampai masuk ke komunitas kekerasan yang menyengsarakan,” katanya memungkasi.
Kegiatan daring ini diikuti oleh puluhan siswa perwakilan dari SMAN 1 Malang, SMAN 2 Malang, dan SMAN 3 Malang. Turut hadir sejumlah guru pendamping dari sekolah masing-masing. AIDA berharap, dari kegiatan ini muncul kesadaran bersama akan pentingnya membangun Indonesia yang lebih damai. [AH]
Baca juga Mencetak Generasi Muda Berkarakter Damai