Pesan Perdamaian Pelajar Malang (Bag. 1)
Aliansi Indonesia Damai- Awal Oktober ini, AIDA bekerja sama dengan Direktorat SMA Kemendikbud Ristek menggelar kampanye perdamaian di beberapa sekolah di Malang, Jawa Timur. Kegiatan dikemas dalam bentuk Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”. Pada Rabu (6/10/2021) kegiatan diikuti perwakilan siswa SMAN 4, SMAN 5, dan SMAN 6 Malang.
Dalam kegiatan itu, narasumber yang dihadirkan adalah Mukhtar Khairi, mantan narapidana terorisme, dan Ni Luh Erniati, penyintas Bom Bali 2002. Keduanya yang tergabung dalam Tim Perdamaian AIDA membagikan pengalaman hidupnya kepada puluhan peserta. AIDA berharap generasi muda dapat mengambil pembelajaran (ibroh) dari kisah hidup keduanya.
Baca juga Buah Kesabaran Penyintas Bom
Merespons paparan keduanya, sejumlah peserta melontarkan pertanyaan dan pendapat melalui fitur chat aplikasi zoom. Pada akhir sesi, dua orang peserta juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan kesan dan pesannya setelah mengikuti kegiatan.
Seorang siswa terkesan dengan perjuangan Ni Luh Erniati yang harus melawan stigma sosial sebagai orang tua tunggal bagi dua anak. Suami Erniati meninggal dunia dalam peristiwa Bom Bali 2002, di mana saat itu usianya masih cukup muda.
Baca juga Penyintas Bom Bali Berbagi Ketangguhan di SMKN 3 Surakarta
Menurut dia, Erniati memberinya inspirasi untuk tidak mudah “mengambil hati” atas ucapan orang lain, supaya tidak larut dalam kesedihan dan bangkit dengan percaya diri. “Bagaimana pun setiap ucapan orang lain tidak perlu terlalu disimpan ke hati dan diserap begitu saja,” ujar siswa tersebut.
Pembelajaran lain disampaikan peserta asal SMAN 5 Malang. Kisah Ni Luh menunjukkan padanya bagaimana sikap dan perilaku bernilai ketangguhan. “Menerima keadaan yang benar-benar kita berpikir bahwa kita harus bangkit, dan kita harus memiliki sikap yang positif atau pertemanan yang membuat kita bisa lebih baik,” ujar siswi tersebut.
Baca juga Mencetak Generasi Muda Berkarakter Damai
Ia juga menyampaikan pembelajaran dari kisah Mukhtar Khairi yang pernah aktif di kelompok ekstrem. Dari kisah Mukhtar, ia belajar pentingnya untuk memilah kelompok belajar, apakah bermanfaat pada orang lain atau tidak. “Kita bisa memilih, misalnya pengajian, kita bisa tahu gimana sih pengajian yang bermanfaat dan tidak menjerumuskan kita pada kelompok teroris,” ucapnya. [MSH]
Baca juga Generasi Muda Cerdas Bermedsos