10/10/2021

Dialog Pelajar Malang dengan Penyintas Bom Bali

Aliansi Indonesia Damai- AIDA bekerjasama dengan Kemendikbud Ristek menggelar Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” pada Rabu (06/10/2021). Kegiatan diikuti oleh 55 siswa perwakilan dari SMAN 4 Malang, SMAN 5 Malang, dan SMAN 6 Malang.

Ni Luh Erniati, istri dari korban Bom Bali 2002, dihadirkan sebagai narasumber untuk berbagi inspirasi ketangguhan kepada para peserta. Erni, begitu sapaan akrab Ni Luh Erniati, mengisahkan lika-liku kehidupan usai suaminya meninggal akibat serangan pengeboman di Pulau Dewata. Ia terpaksa menjadi single parent untuk membesarkan dua anaknya yang saat itu masih kecil.

Baca juga Kemendikbud: Generasi Muda Jangan Terseret Ekstremisme

“Saya memberi judul paparan saya dengan ‘Kulapangkan Dadaku’ karena dalam hidup ini saya harus berlapang dada dan menerima kenyataan hidup yang mau tidak mau memang harus saya jalani,” katanya.

Erni mengatakan, status janda yang ia sandang di usia yang relatif muda bukanlah hal yang mudah untuk diterima. Muncul stigma negatif dari lingkungan sosialnya. Ia merasa sakit dan sedih menghadapi omongan orang-orang di sekelilingnya. Saat itu ia mengaku sensitif jika berbicara tentang status.

Baca juga Pesan Perdamaian Pelajar Malang (Bag. 1)

“Tapi saya jelaskan bahwa saya menjadi seorang janda bukan kemauan saya. Saya bukan seperti janda lain yang status itu memang dengan sengaja dibuat. Saya menjadi janda bukan kemauan saya, melainkan karena kehendak dan takdir Tuhan yang harus saya terima,” kata Erni.

Karena status itu, ia bahkan nyaris kehilangan hak asuh atas anaknya. Keluarga besar suaminya hendak menarik pengasuhan kedua putranya sebab meragukan kemampuan Erni. Sebagai ibu kandung, ia tegas menolak permintaan itu dan bertekad membesarkan anaknya seorang diri. “Setiap cobaan pasti ada hikmahnya. Saya kini bisa jadi wanita yang mandiri. Awalnya memang terpuruk dan sakit,” katanya menambahkan.

Baca juga Buah Kesabaran Penyintas Bom

Usai menceritakan kisahnya, berbagai pertanyaan muncul dari peserta. Salah satunya dari siswi SMAN 6 Malang. Siswi tersebut menanyakan motivasi kebangkitan Erni. Perempuan asli Bali itu menjelaskan bahwa anak, keluarga, dan teman memberikan dukungan besar padanya. Ada salah satu kalimat temannya yang membuatnya bersemangat untuk menjalani hidup. “Ni Luh, kamu tidak boleh mati sebelum kamu benar-benar mati. Karena anak-anak kamu membutuhkan kamu.”

Kalimat itu seolah menjadi mantra kebangkitan Erni. Ia kerap mengucapkannya berulang-ulang pada dirinya sendiri. “Jadi ketika saya ucapkan, itu merasuk dalam diri saya dan saya berpikir saya harus bangkit. Tak boleh nangis terus. Kondisi tidak akan berubah dengan saya nangis. Itu yang membantu saya untuk bangkit,” ucap Erni.

Baca juga Penyintas Bom Bali Berbagi Ketangguhan di SMKN 3 Surakarta

Pertanyaan juga muncul dari siswi SMAN 6 Malang lainnya. Ia bertanya tentang cara Erni mengelola perasaannya saat tiba-tiba ingat dengan peristiwa menyakitkan itu, dan timbul kemarahan marah atau dendam. Erni mengatakan, selama ini sudah ikhlas dan lapang dada menerima semuanya. Ia juga sudah memaafkan pelaku.

Jika ia mengingat masa lalu pahitnya, ia memilih untuk menyibukkan diri dengan usahanya dan mengalihkan pikiran dengan bermain bersama anak-anaknya. “Saya ingatkan lagi pada diri saya. Kenapa saya harus sedih, semua itu sudah terjadi. Kalau pun saya menangis darah, marah, benci atau melakukan sesuatu atau dendam kepada orang yang membuat kejadian itu terjadi, kondisi tidak akan berubah. Suami saya tak akan pulang lagi. Saya harus memikirkan masa depan. Saya harus membuat diri saya lebih baik ke depan,” katanya.

Baca juga Mencetak Generasi Muda Berkarakter Damai

Pada akhir sesi, Erni berpesan kepada para siswa agar tidak pernah menyimpan dendam dan tidak membalas kekerasan dengan jalan kekerasan. “Jika kekerasan dibalas dengan kekerasan, semua ini tidak akan pernah berakhir karena justru akan timbul dendam dan tragedi yang lain. Damai itu indah. Damai itulah surga  yang perlu diciptakan, disebarkan, dipertahankan. Ini semua ada tugas kita untuk saling menyayangi, mencintai, dan menghormati,” kata Erni memungkasi. [LADW]

Baca juga Generasi Muda Cerdas Bermedsos

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *