Dialog Siswa SMAN 1 Srengat Blitar dengan Penyintas Bom Kampung Melayu
Aliansi Indonesia Damai – Susi Afitriyani, penyintas bom Kampung Melayu 2017, hadir membagikan kisahnya di hadapan siswa-siswi SMAN 1 Srengat, Blitar, dalam kegiatan Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” pada Jumat (22/10/2021). Sebanyak 56 siswa menyimak secara daring kisah ketangguhan yang disampaikan perempuan yang akrab disapa Pipit ini.
Pipit mengawali kisahnya dengan perjuangannya untuk bisa mengenyam pendidikan tinggi. Ia memutuskan merantau ke Jakarta untuk bekerja sambil kuliah, dengan harapan mengubah nasib keluarganya menjadi lebih baik. Nahas, di suatu malam sepulang kuliah, ia menjadi korban bom di kawasan Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Baca juga Dialog Siswa SMAN 2 Blitar dengan Penyintas Bom
Akibat dari kejadian itu, pangkal lengan kanannya patah. Serangkaian upaya medis telah dilakukan, namun tak bisa mengembalikan keadaannya seperti sedia kala. Tangan kanannya tak lagi berfungsi normal. Pipit nyaris putus asa dan kehilangan impiannya. “Saya hanya bisa bertumpu pada tangan kiri. Saya juga sempat mengurung diri selama setahun karena saya merasa beda dengan teman yang lain. Saya nggak bisa beraktivitas layaknya teman-teman yang lain,“ kata Pipit sambil berkaca-kaca.
Meski demikian, Pipit terus berusaha bangkit. Ia tak ingin larut dalam keterpurukan. Dukungan dari sahabat-sahabat membuatnya bersemangat untuk merajut mimpinya kembali. Kini, ia masih melanjutkan kuliah untuk meraih gelar sarjana. “Saya berpesan kepada adik-adik agar tetap semangat belajar dan menggapai mimpi, meskipun kita dalam keadaan sulit,” kata Pipit kepada para peserta.
Baca juga Dialog Pelajar Serang dengan Aktivis Perdamaian
Kisah Pipit memantik pertanyaan dari salah seorang siswi, apakah ia pernah menyimpan dendam kepada pelaku. “Alhamdulillah sampai detik ini nggak ada rasa dendam. Saya yakin semua sudah Allah rencanakan dengan baik. Ini adalah takdirnya Allah. Itu adalah yang terbaik untuk saya dari Allah. Saya juga sudah memaafkan pelaku, mungkin sasarannya bukan saya. Yang saya harapkan hanyalah tidak ada lagi hal-hal yang seperti itu,” ujar Pipit.
Di akhir sesi, seorang siswa juga menyampaikan pembelajaran yang ia dapatkan dari kisah Pipit. “Menurut saya perilaku kekerasan banyak dampak negatifnya. Dampak negatif itu tidak hanya per individu, tapi juga untuk masyarakat luas. Salah satunya adalah seperti Mbak Pipit ini. Kerugian yang ia dapatkan cukup banyak. Bukan hanya fisik, namun juga sampai ke mental,” ungkapnya. [LADW]
Baca juga Pesan Perdamaian Pelajar Malang (Bag. 1)