Dialog Siswa SMAN 1 Manonjaya dengan Mantan Napiter
Aliansi Indonesia Damai- “Adakah kolerasi antara terorisme dan agama, menurut Kak Mukhtar?” Pertanyaan tersebut dilontarkan salah satu peserta kegiatan Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” pada Senin (15/11/2021). Kegiatan diadakan oleh AIDA bekerja sama dengan SMAN 1 Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat. 49 orang siswa sekolah tersebut berpartisipasi aktif secara daring dalam kegiatan ini.
Pertanyaan di atas diarahkan kepada Mukhtar Khairi, mantan narapidana terorisme (napiter), yang menjadi salah satu narasumber. Menurut Mukhtar, sebenarnya tidak ada agama apa pun yang mengajarkan penganutnya untuk meneror orang lain. Dalam ajaran Islam misalnya, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW tak lain sebagai rahmat bagi alam semesta.
Baca juga Kepala SMA Al Muttaqin: Generasi Mendatang Cinta Damai
“Kalau ada kasus-kasus terorisme ditangkap, terus dikaitkan dengan Islam, karena memang ada oknum-oknum yang membajak agama, mengatasnamakan agama Islam, bahkan menggunakan istilah-istilah yang indah,” ujarnya.
Salah satu istilah ‘indah’ yang kerap digunakan oleh para pelaku terorisme adalah jihad fi sabilillah. Padahal dalam praktiknya justru mengancam keamanan dan membuat masyarakat takut. “Ini jelas sudah bertentangan dengan prinsip-prinsip agama kita. Coba bayangkan mana ada agama yang mengajarkan pengeboman, pembunuhan, jelas itu menyimpang. Jadi intinya tidak ada korelasi antara terorisme dengan agama,” ujarnya tegas.
Baca juga Dialog Siswa SMA Al-Muttaqin Tasikmalaya dengan Penyintas Bom Bali
Mukhtar sendiri pernah terbuai dengan ajaran-ajaran yang disampaikan kelompok ekstrem. Awalnya ia rajin mengikuti pengajian eksklusif. Salah satu materi pokok yang disampaikan adalah tentang jihad. Kala itu ia sangat meyakini kebenaran pemahaman jihad versi ustaznya. Terlebih pada awalnya tidak ada ajakan mengebom dan semacamnya.
Puncaknya Mukhtar memutuskan bergabung dengan kelompok kekerasan dan diajak untuk beraksi. “Mereka mengajaknya dengan pertanyaan-pertanyaan menjebak, antum mau masuk surga tidak?” ujarnya.
Baca juga Dialog Siswa SMAN 3 Blitar dengan Penyintas Bom Bali
Mukhtar sempat mengikuti pelatihan militer di Aceh. Ia pernah belajar merakit bom, serta menggunakan senjata laras pendek dan laras panjang. Akibat perbuatannya, Mukhtar harus berurusan dengan hukum dan menjalani hari-harinya di penjara selama beberapa tahun.
Dalam pengalaman Mukhtar, kelompok ekstrem menawarkan surga, tapi dengan cara pintas, misalnya dengan meledakkan diri atau istilahnya menjadi ‘pengantin’. Tak ayal banyak orang yang tertipu dengan ajakan tersebut. Itu pula yang dilakukan oleh kelompok ISIS. Saat di Lapas, ia sempat bergabung dengan ISIS namun kemudian meninggalkannya.
Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Blitar (Bag. 1)
Mukhtar menegaskan, Islam mengajarkan perdamaian. Haram hukumnya melakukan kekerasan, apalagi sampai menumpahkan darah manusia tak bersalah. Perbuatan terorisme hanya dilakukan oleh oknum-oknum yang membajak agama melalui jalan pintas. [FKR]