14/04/2022

Spirit Damai Korban dan Mantan Pelaku Terorisme

Aliansi Indonesia Damai- Kisah pertobatan mantan pelaku terorisme dan ketangguhan korbannya diharapkan menjadi pembelajaran bagi generasi remaja Indonesia. Kesediaan meminta dan memberikan maaf dari kedua belah pihak menjadi potret dari perdamaian yang sejati. Generasi remaja dapat menyerap nilai-nilai ketangguhan dari kisah-kisah mereka.

Lida Hawiwika, perwakilan AIDA, menyatakan hal itu saat memberikan sambutan dalam Diskusi Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 1 Bululawang, Malang (17/3/2022). Lida menjelaskan, kegiatan itu dalam rangka mengajak generasi remaja untuk mewujudkan Indonesia yang lebih damai melalui peran korban dan mantan pelaku terorisme yang telah insaf.

Baca juga Belajar Ketangguhan di SMK Cendika Bangsa Malang

Sejak pertama berdiri, demikian Lida menerangkan, AIDA telah mengunjungi sekolah-sekolah di berbagai daerah di Indonesia. Kegiatan itu untuk memperkuat kesadaran akan pentingnya perdamaian bagi kehidupan bersama. “Kegiatan kita mulai dari Sumatera sampai Nusa Tenggara Barat. Semoga silaturahmi kita bisa terus berjalan untuk memberikan banyak manfaat dan menciptakan Indonesia yang lebih damai,” katanya.

Perempuan asal Jawa Tengah itu menegaskan bahwa korban terorisme adalah cerminan pribadi yang tangguh. Sebab di tengah-tengah rasa sakit, mereka mampu bertahan hidup dan berdamai dengan keadaan untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Padahal tak sedikit di antara mereka yang harus kehilangan anggota tubuh dan bahkan ditinggal oleh anggota keluarga untuk selamanya.

Baca juga Mewujudkan Mimpi Indonesia Damai

“Mereka para korban bisa bangkit dari keterpurukan, bisa menerima keadaan mereka dan juga bisa berdamai dengan diri dan memaafkan orang yang sudah mengubah hidupnya. Kami berharap melalui kegiatan ini kita menyerap pembelajaran dari kisah-kisah korban,” ujarnya.

Menurut Lida, dampak yang ditimbulkan oleh aksi-aksi kekerasan sangat buruk terhadap para korbannya. Para korban bahkan harus terus menjalani pengobatan meski peristiwanya sudah lama berlalu. “Mereka yang tadinya bahagia, menjadi tidak bahagia, tadinya punya tubuh yang lengkap menjadi tidak lengkap,” tuturnya.

Baca juga Pesan Perdamaian Pelajar Malang (Bag. 1)

Lida juga mengajak para siswa untuk menyerap pembelajaran dari kisah pertobatan pelakunya. Mereka mengaku salah, bertobat dan memilih terlibat dalam kampanye perdamaian dengan harapan tidak ada lagi orang-orang yang terjerumus ke dalam jalan kekerasan seperti mereka. “Mereka bisa berbesar hati mengakui kesalahannya dan juga meminta maaf terhadap orang yang sudah dicelakakan,” kata perempuan yang sering mendampingi korban dan mantan pelaku terorisme itu.

Pembelajaran dari kisah-kisah mereka diharapkan mampu diserap oleh remaja sebagai bekal ketangguhan, sehingga tidak mudah terprovokasi oleh narasi-narasi kekerasan, terutama yang banyak muncul di media sosial. Informasi harus diserap secara proporsional sehingga para pelajar mampu memilih dan memilah informasi yang baik dan buruk.

Baca juga Pesan Perdamaian Pelajar Malang (Bag. 2)

“Karena di era kini, banyak sekali informasi yang kita terima dari media sosial. Teman-teman pelajar harus bisa memilih dan memilah mana informasi yang harus kita serap dan disebarluaskan, dan mana informasi yang tidak perlu kita serap,” katanya memungkasi sambutan. [AH]

Baca juga Buah Kesabaran Penyintas Bom

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *