01/12/2022

Disonansi Memicu Koreksi (Bag. 2)

Buku adalah susunan kalimat. Dalam sebuah buku tersusun beragam argumen logis yang ditawarkan kepada pembaca. Termasuk buku dan kitab-kitab yang dibaca oleh Fulan. Argumentasi yang diberikan oleh penulis buku melahirkan sebuah persepsi tentang sesuatu yang mungkin terjadi dan tidak.

Pakar psikologi yang mengembangkan teori persepsi, seperti Bruner, yang menyebutkan bahwa proses keputusan (1957) menyediakan satu proses/cara untuk berdiskusi secara internal dalam diri manusia tentang koreksi perilaku/pemahaman. Proses koreksi tersebut akan melewati tahap mengumpulkan semua informasi, mengelompokkan informasi yang diperoleh, hingga melakukan konfirmasi tentang apa yang sudah dilakukan atau dipahami sebelum mengambil keputusan.

Baca juga Disonansi Memicu Koreksi Bag. 1

Bagi Fulan, apa yang diterima adalah sebuah informasi yang bertolak belakang dengan apa yang sudah ia percayai. Banyaknya kisah korban yang diceritakan dalam buku, kisah penyesalan mantan pelaku ekstremisme kekerasan akibat perbuatannya masa lalu, hingga perspektif yang berbeda dengan kelompoknya, membuat Fulan memiliki pandangan baru bahwa kekerasan yang dilakukan meski dengan tujuan yang mulia adalah kekeliruan.

Perubahan Fulan jika dilihat dari teori disonansi kognitif (dissonance theory), apa yang terjadi padanya karena ketidaknyamanan dalam dirinya (mental discomfort) lantaran dihadapkan pada informasi baru atau informasi yang bertentangan dengan keyakinannya. Keadaan tidak nyaman ini disebut dengan dissonance yang berarti ketidakcocokan atau ketidaksesuaian.

Baca juga Membimbing Anak Bermedsos

Mengapa hal ini terjadi? karena dalam pola indoktrinasi kelompok ekstrem jarang yang mengedepankan nalar kritis. Nyaris tidak ada uji argumen dan pemikiran, bahkan bisa dikatakan kelompok tersebut sangat feodalistik.

Secara garis besar mantan pelaku ekstremisme kekerasan mengalami perubahan karena faktor selfcorrection atau self deradicalization, bukan karena ajaran di dalam kelompoknya, tetapi murni karena pencarian sendiri. Perubahan tersebut karena adanya dialog, baik bersifat langsung ataupun melalui dialog konsep dengan bacaan. Hal ini menghasilkan disonansi kognitif yang mendorong orang berpikir ulang terhadap sesuatu yang sebelumnya mereka anggap negatif, bahkan bisa saja tidak terpikir sama sekali oleh mereka. (bersambung)

Baca juga Merawat Kesempurnaan Manusia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *