06/01/2023

Ekstremisme: Puncak Ketidaktahuan

Aliansi Indonesia Damai- Diskusi ilmiah penting dilakukan dalam rangka membuka cakrawala pengetahuan. Mitra diskusi sejatinya teman dalam berpikir, meski pandangannya saling bertolak belakang. Melalui diskusi, orang dapat menyadari bahwa pemikirannya tidak benar sendiri karena ada pandangan berbeda yang juga mengandung kebenaran. Proses seperti ini penting agar orang tidak terjerumus dalam ekstremisme.

“Karena belum tahu atau belum baca, orang membawa sesuatu yang belum pernah dia dengar, disebutnya sesat. Minimalnya dia menyalahkan. Puncak dari ketidaktahuan itu adalah ekstremisme,” ujar Ahmad Mas’ari, Dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau dalam acara Pengajian dan Diskusi “Menyerap Ibroh dari Kehidupan Korban dan Mantan Pelaku Terorisme” yang diselenggarakan AIDA di Kampus UIN Sultan Syarif Kasim Riau, beberapa waktu silam.

Baca juga Tragedi Terorisme Luka Bangsa Indonesia

Mas’ari mengutip ucapan Almarhum KH. Hasyim Muzadi, mantan angggota Dewan Pertimbangan Presiden RI, bahwa orang bisa merasa paling benar karena lemahnya ilmu, stock of knowledge-nya kurang.

Menurut dia, ketika orang berpemikiran ekstrem maka tinggal satu tangga menuju terorisme. Karena merasa paling benar sementara yang lain sesat, maka harus dibasmi. Mirisnya sebagian orang berdalih memerjuangkan agama sebagai landasan aksi tersebut.

Baca juga Moderasi Beragama Tangkal Ekstremisme

Dalam hematnya, nilai-nilai yang terkandung dalam agama tentu sangat baik. Tetapi, ketika salah pemahaman atau berlebihan, maka yang terjadi seolah-olah agama membenarkan kejahatan. Dalam konteks terorisme di Indonesia, para pelaku mengklaim aksinya sebagai jihad. Padahal dampak dari aksi tersebut justru kerusakan.

“Agama apa pun tidak ada yang mengajarkan kejahatan seperti itu. Kalau ada yang bilang itu jihad, saya jamin itu orang salah paham terhadap konsep jihad itu sendiri. Peperangan bisa terjadi dalam konteks dulu, itu umat Islam dan non-Islam sedang berkonfrontasi, saling serang. Maka umat Islam harus mempertahankan diri. Jadi peperangan itu hanya salah satu unsur kecil dari jihad,” ujarnya menerangkan.

Baca juga Menebar Perdamaian di kalangan Ulama Riau

Bagi Mas’ari, ekpresi jihad selain perang jauh lebih banyak. Orang yang ikhlas dan serius ingin menuntut ilmu demi kebaikan dirinya, namun meninggal dalam perjalanan menuju majelis pengetahuan bisa dikategorikan sebagai syahid. [MS]

Baca juga Islam Menghormati Hak Dasar Manusia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *