Menggemakan Semangat Damai di SMKN 6 Surabaya
Aliansi Indonesia Damai- AIDA menggelar kampanye perdamaian di SMKN 6 Surabaya beberapa waktu yang lalu. Kegiatan dikemas dalam Diskusi Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh.” Tak kurang 85 siswa-siswi berbagai kelas dan organisasi di sekolah tersebut hadir sebagai peserta aktif. Para peserta dibekali pendidikan karakter tentang pentingnya merajut perdamaian di tengah maraknya budaya kekerasan baik di dunia nyata maupun di ranah daring.
AIDA menghadirkan kisah korban dan mantan pelaku terorisme sebagai perwujudan credible voices (suara tepercaya) dalam menangkal narasi-narasi kekerasan. Para korban merupakan pihak yang paling terdampak langsung atas tindakan-tindakan destruktif yang dilakukan atas dasar agama maupun politik. Nahasnya, para korban bahkan tidak tahu-menahu dengan agenda yang dibawa oleh pelaku kekerasan, pun mereka tidak mengenal para pelaku tersebut.
Baca juga Kampanye Perdamaian Di SMA Asshomadiyah Bangkalan
Ketegaran para korban melalui segala penderitaan akibat aksi terorisme memuat ajaran luhur tentang ketangguhan serta semangat tahan banting dalam menghadapi tantangan. Sementara itu, kisah mantan pelaku terorisme yang sudah bertobat kembali ke jalan perdamaian mengandung pembelajaran bagi para peserta agar bisa menghindari paham-paham yang mengajarkan kekerasan.
Kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih tiga jam ini mengundang komentar dari sejumlah peserta. Di antaranya, seorang siswa yang menyimpulkan bahwa maraknya aksi kekerasan di masyarakat disebabkan oleh kegagalan dalam menyikapi perbedaan. Siswa tersebut menyoroti bagaimana perbedaan agama mendorong para pelaku untuk menciptakan organisasi bawah tanah untuk menggerogoti negara.
Baca juga Gotong Royong untuk Perdamaian
“Jika memang kita ingin berdamai, kuncinya cuma satu, yaitu saling menghargai perbedaan antara satu sama lain. Seperti semboyan bangsa kita, Bhinneka Tunggal Ika, kita memang berbeda-beda tapi kita harus tetap satu. Boleh punya agama berbeda, punya banyak suku, tapi tetap menjadi satu kesatuan utuh bernama Indonesia,” katanya.
Siswa lainnya berkomentar soal pentingnya peran keluarga dan lingkungan. Menurutnya, kisah mantan pelaku telah menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan dalam membentuk cara berpikir mereka yang pro-kekerasan. Berawal dari membaca buku, berlanjut dengan diskusi intensif, lalu terbentuklah organisasi dan gerakan kekerasan.
Baca juga Siswa SMA Ulul Albab Surabaya: Terorisme Melampaui Batas
Bagaimanapun, di sisi lain, siswa tersebut menaruh rasa kagum kepada para mantan pelaku. Pasalnya, mereka mau dan mampu bertobat, bahkan meminta maaf kepada korban. Ikhtiar para mantan pelaku untuk merajut kembali hubungan kemanusiaan telah menyadarkan siswa tersebut akan pentingnya pemaafan.
Wakil Kepala SMKN 6 Surabaya, Muhammad Misbahul Munir, mengapresiasi inisiasi AIDA menyelenggarakan Diskusi Interaktif. Munir berpesan kepada para peserta untuk meresapi nilai-nilai perdamaian yang disampaikan. “Saya yakin kalian anak-anak yang kritis, bisa memberikan penilaian terhadap kisah yang kalian dengar. Dan yang terpenting, kalian akan menjadi duta-duta damai yang harus mensosialisasikan pesan-pesan damai untuk Indonesia damai,” tuturnya. [FAH]