Menyerukan Semangat Perdamaian kepada Ulama Sulawesi
Aliansi Indonesia Damai- AIDA menghelat Halaqah Alim Ulama bertajuk “Menguatkan Ukhuwah Melalui Pendekatan Ibroh” yang digelar secara daring pada Kamis (08/07/2021). Kegiatan ini melibatkan 156 orang peserta yang berasal dari unsur pengasuh pondok pesantren, aktivis dakwah, pengurus organisasi masyarakat Islam, dan takmir masjid dari pelbagai daerah di Pulau Sulawesi.
Sejumlah narasumber dihadirkan, antara lain Imam B Prasodjo, sosiolog Universitas Indonesia, KH. Helmi Ali Yafie, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Darud Dakwah wal-Irsyad, Hasibullah Satrawi, pengamat politik Timur Tengah, Yuni Arsih, korban Bom Kuningan 2004, dan Ali Fauzi, mantan pelaku terorisme.
Baca juga Islam Rahmat Identik Perdamaian
Dalam sambutannya, Riri Khariroh, Direktur Eksekutif AIDA, menyoroti masih adanya aksi kekerasan dan terorisme yang terjadi di Indonesia. Salah satunya yang masih membekas adalah aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar beberapa waktu lalu. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini AIDA hendak mendorong ulama dan tokoh agama di wilayah Sulawesi untuk terus ikut menyuarakan perdamaian.
“AIDA mengajak tokoh agama untuk melakukan dakwah yang menjaga perdamaian, harmoni sosial di masyarakat, dan mengajak pada ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.
Menurut Riri, melalui kegiatan ini AIDA berharap adanya silaturahmi antarpemuka agama Islam, pengurus masjid, pengurus lembaga pendidikan Islam, dan tokoh masyarakat untuk saling bersinergi mencegah kekerasan terulang lagi. Dalam hematnya, seluruh agama mengajarkan antikekerasan, terutama Islam yang sangat menjunjung tinggi perdamaian. Hal tersebut menjadi modal tanggung jawab untuk menyebarkan nilai-nilai perdamaian.
Baca juga Ibroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya
“Tentunya sebagai tokoh agama di masyarakat, memiliki tanggung jawab untuk terus menyebarkan nilai-nilai perdamaian, baik lingkungan keluarga maupun jamaah di sekitar kita,” ucapnya.
Dalam paparannya KH. Helmi Ali Yafie, menegaskan, tugas dakwah harus memiliki esensi mengingatkan, membimbing dan mengajak jamaah untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar dalam arti membangun daya dorong akan kebaikan serta mendorong daya tolak dan daya tahan terhadap kemungkaran. Kedua hal tersebut harus disampaikan ulama kepada jamaah.
Baca juga Membangun Hidup Bersama dalam Damai
Helmi mengingatkan, saat mempromosikan amar ma’ruf sebagai daya dorong kebaikan dan nahi munkar sebagai daya tahan terhadap kemungkaran, pendakwah harus memiliki tiga hal dalam dirinya, yaitu kepekaan, mengutamakan keselamatan, dan kasih sayang.
“Saat dakwah, seorang da’i sangat penting memiliki kepekaan terhadap kondisi umat, menginginkan keselamatan bagi umat, dan memiliki rasa kasih sayang kepada umat. Kata kunci adalah kepekaan, keselamatan dan kasih sayang. Saya percaya banyak ulama yang memiliki karakter tersebut,” ujarnya. [MSH]
Baca juga Membangun Perdamaian dengan Wasathiyah