Home Suara Korban “Ujian yang Kita Hadapi Tak Melebihi Kekuatan Kita”
Suara Korban - 07/09/2018

“Ujian yang Kita Hadapi Tak Melebihi Kekuatan Kita”

Albert Christiono, penyintas aksi teror Bom Kuningan 2004. [dok. AIDA]
Albert Christiono, penyintas aksi teror Bom Kuningan 2004. [dok. AIDA]

Albert Christiono Simatupang ialah salah satu korban ledakan bom yang terjadi di depan Kedutaan Besar Australia di Jakarta, 9 September 2004. Sebuah mobil bermuatan bom meledak tepat di depan gedung Kedutaan yang berlokasi di Jl. HR Rasuna Said kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Investigasi polisi menyebutkan bahwa kelompok teroris Jemaah Islamiyah yang berafiliasi dengan Al-Qaeda bertanggung jawab atas pemboman itu.

Aksi terorisme tersebut menimbulkan korban tewas dan luka-luka. Albert ialah salah satunya. Dia mengalami luka di bagian kepala setelah serpihan logam mengenainya.

Saat kejadian, pemuda bersuku Batak itu sedang berada di dalam bus kota. Dia merasakan bus yang ditumpanginya seperti terangkat ke atas akibat ledakan bom. Selepas ledakan besar itu baik bus yang dia naiki maupun kendaraan-kendaraan lain yang sedang melintas seketika berhenti. Asap putih pekat sempat menyelimuti area di sekitar Kedutaan. Setelah asap lenyap, Albert melihat banyak orang terkapar dengan luka yang mengenaskan.

Dia kemudian ditolong oleh seseorang, dilarikan ke rumah sakit terdekat. Setelah itu dia menjalani perawatan lanjutan di Rumah Sakit St. Carolus Jakarta Pusat. Masa perawatan dan penyembuhannya di rumah sakit secara keseluruhan selama 23 hari, termasuk menjalani operasi pengambilan serpihan logam di kepala.

Meskipun terluka dan mengalami trauma, Albert mengaku tidak menyimpan dendam dan rasa benci terhadap pelaku aksi teror. Alasannya, dalam ajaran agama yang diyakininya ditekankan agar setiap manusia memiliki sifat kasih.

Sehari sebelum peristiwa bom, dia bersama komunitasnya sesama umat Kristiani melakukan pendalaman Alkitab di rumah seorang anggota. Dari kajian agama malam itu dia mengingat pesan pendeta bahwa ujian yang dihadapi setiap individu tidak akan melebihi kekuatan individu tersebut untuk melaluinya.

Setelah tragedi bom belasan tahun berlalu, Albert dipertemukan dengan mantan pelaku aksi terorisme untuk pertama kalinya dalam sebuah kegiatan yang diselenggarakan oleh Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Bukittinggi, Sumatera Barat. Dia kalahkan rasa ingin balas dendam yang ada di hati dan memilih untuk memaafkan mantan pelaku.

“Ujian yang kita hadapi tidak akan melebihi dari kekuatan kita. Ketika diuji, Tuhan akan memberikan jalan keluar dari ujian yang diberikan,” kata dia dalam sebuah kegiatan AIDA di Surabaya Juli lalu.

Saat ini Albert aktif menggalang persatuan di antara rekan-rekannya sesama korban aksi teror bom di Kedutaan Besar Australia tahun 2004 dalam komunitas yang diberi nama Forum Kuningan. Di dalam komunitas itu para anggotanya saling menguatkan mental dan memberikan semangat untuk selalu berpikir positif menghadapi musibah serta menyongsong masa depan. Dia juga aktif menjadi anggota Yayasan Penyintas Indonesia (YPI), perkumpulan korban aksi teror yang terjadi di Indonesia, di antaranya korban Bom Bali 2002 dan 2005, korban Bom JW Marriott 2003, korban Bom Kuningan 2004, dan korban Bom Thamrin 2016. Albert beberapa kali terlibat dalam kegiatan YPI yang bekerja sama dengan AIDA untuk mengampanyekan perdamaian kepada masyarakat.

Dalam kegiatan di Surabaya, dia mengutip pesan seorang pejuang hak asasi manusia Martin Luther King Jr. “Jika seseorang belum menemukan sesuatu untuk diperjuangkan hingga akhir hayatnya maka kehidupannya tidak berharga,” kata Albert mengutip King.

Albert mengaku sering merenungkan nasihat bijak itu dan ingin berjuang semampunya untuk mengampanyekan perdamaian agar tidak ada lagi tindak terorisme di Indonesia. “Karena sudah jelas bahwa tidak ada satu pun agama di muka bumi yang menganjurkan saling membunuh atau saling menyakiti antarsesama umat manusia,” kata dia. [HPD]

 

*Disarikan dari penuturan Albert Christiono dalam kegiatan Short Course Penguatan Perspektif Korban dalam Peliputan Isu Terorisme bagi Insan Media di Surabaya, 10-11 Juli 2018.