Pertobatan Mantan Ekstremis: Muncul Pikiran Kritis (Bagian 4)

Aliansi Indonesia Damai- Keyakinan Mukhtar Khairi terhadap ideologi kekerasan yang diajarkan Aman Abdurrahman perlahan meluntur menjelang kebebasannya. Ia sempat begitu yakin bahwa jihad dengan cara pengeboman adalah ajaran Islam. Karenanya sebagai muslim ia merasa berkewajiban membalas kezaliman yang menimpa umat Islam di belahan bumi lain.

Pada tahun 2016, sekira setahun menjelang kebebasannya, ia mulai menemukan kejanggalan-kejanggalan dalam ideologinya. Itu dipicu oleh fakta bahwa aksi-aksi kekerasan banyak melukai orang-orang tak bersalah, bahkan menghilangkan nyawa, termasuk nyawa sesama umat Islam. Ia pun secara diam-diam mengikuti pengajian yang diampu ustadz di luar kelompoknya. Muncul wawasan keislaman lain yang berbeda dibandingkan dengan ajaran-ajaran yang disampaikan Aman.

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis: Berawal Dari Pengajian Eksklusif (Bagian 1)

“Awal kejanggalannya saya ngerasa kok kelompok ini jadi terkesan suka membunuh orang. Lalu saya diam-diam ikut pengajian ustadz lain, di situ saya perlahan meninggalkan kelompok lama,” ujar Mukhtar dalam kegiatan bersama AIDA.

Selain itu Mukhtar juga mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah maupun organisasi non pemerintah di Lapas. Dari situ perlahan-lahan Mukhtar mulai terbuka terhadap pandangan kelompok lain. Ia pun semakin yakin bahwa agama Islam tidak mungkin memerintahkan umatnya untuk membunuh orang lain, apalagi dengan cara-cara yang keji.

“Tadinya saya ngefans, tapi saya melihat kelompok ini gemar sekali membunuh orang lain dengan cara yang sadis. Saya berpikir, apa ya Islam seperti ini?” ungkap pria berusia 36 tahun tersebut.

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis: Terlibat Pelatihan Militer (Bagian 2)

Sikap itu bukan tidak menimbulkan risiko. Semenjak Mukhtar mulai meninggalkan kelompoknya, ia pun dijauhi dan di-tahdzir (ditegur) oleh rekan-rekannya. Bahkan Mukhtar menjadi salah satu orang yang mendapatkan pengawasan dan perhatian khusus lantaran dianggap membangkang. Ia tak lagi dipercaya sebagai bagian dari kelompok ekstrem.

Semenjak itu, Mukhtar merasa bersalah karena pernah meyakini kebenaran ajaran-ajaran ekstrem, seperti tidak mau menjawab ucapan salam dari orang lain karena meragukan keislamannya, serta menolak shalat berjamaah dengan orang-orang di luar kelompoknya.

Ia pun menyesal karena selama beberapa tahun telah bersikap eksklusif, sombong, dan merasa paling benar sedangkan yang lain salah. Hal yang paling disesalinya adalah pernah mengkafirkan kedua orang tuanya sendiri. (Bersambung)

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis: Makin Menjadi di Balik Jeruji (Bagian 3)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *