Mengarifi Konflik
Agama bisa menjadi sumber inspirasi membangun perdamaian. Ia mengajarkan banyak nilai luhur yang mengedepankan solusi atas suatu permasalahan. Namun sebaliknya, ajaran agama yang salah dipahami bisa memicu konflik, bahkan menjurus pada aksi-aksi kekerasan. Saat kekerasan dihalalkan, maka segala mafsadat dan kerusakan yang timbul sebagai dampaknya menuai pemakluman. Padahal ajaran agama menganjurkan umatnya untuk mencintai dan memakmurkan kehidupan.
Konflik dalam kadar tertentu adalah “bumbu penyedap” kehidupan. Jika dikelola dengan arif, konflik adalah bagian dari harmoni interaksi antarmanusia. Namun konflik yang dibiarkan berkepanjangan tanpa solusi akan memicu cara-cara pandang ekstrem untuk menyelesaikannya, termasuk kekerasan. Karena dorongan balas dendam atau atas nama penegakan keadilan yang sungguh sangat relatif, orang bisa berbuat apa saja dalam situasi konflik.
Baca juga Meneladani Penyintas Bom
Kemarahan dan keinginan membalas dendam memang manusiawi. Namun jika tidak bisa dikendalikan, bukan tidak mungkin akan berubah menjadi emosi negatif dan destruktif. Sikap permusuhan dan kebencian bisa mencelakai dan merusak bagi diri sendiri maupun orang lain. Secara psikologis disebutkan bahwa orang yang menaruh dendam dan keinginan untuk saling bertikai, maka dorongan tersebut bisa memuncak dan memengaruhi kehidupan pribadi maupun sosialnya. Oleh karenanya, ajakan kepada perdamaian merupakan landasan dalam kehidupan dan berinteraksi kepada siapa saja.
Hal ini sebagaimana perintah Allah dalam Al-Qur’an, bahwa tugas manusia adalah untuk memakmurkan kehidupan dengan merawat dan menjaganya. Dalam konteks ini, ekstremisme yang melegalkan kekerasan untuk mencapai tujuannya, baik karena dorongan nafsu semata atau dalih perjuangan agama, sejatinya bertentangan dengan nilai luhur dan fitrah kehidupan.
Baca juga Penyintas Bom Melampaui Ketangguhan
Dalam Islam, ajaran untuk mendamaikan dua orang yang sedang bertikai sangat diutamakan. “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberinya pahala yang besar (QS. Annisa:114).
Ayat ini jelas memerintahkan untuk mendamaikan siapa pun yang sedang bertengkar dan berselisih. Menurut Tahir Ibnu ‘Asyur, ayat ini merupakan inti ajaran agama yang mengajak kepada kebaikan dan membawa misi perdamaian. Bukan malah merusak dan menjatuhkan harkat dan martabat orang lain.
Baca juga Menghargai dan Mengasihi Sesama
Menurut Al-Sa’di, kata Ma’ruf bisa diartikan dengan sesuatu yang baik yang diterima secara nalar maupun aturan (syar’i). Sedangkan ishlah (mendamaikan) antardua kelompok atau individu bertujuan agar tidak menimbulkan rasa permusuhan antara satu sama lainnya. Oleh karenanya, kata ishlah merupakan bentuk jaminan agar adanya keamanan dan ketenteraman dalam aspek harta, darah, dan kehormatan, bahkan antaragama. Dari sini tampak bahwa membangun perdamaian dengan kejernihan jiwa dan diri merupakan ibadah yang besar.
Disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad Saw:
ألا أخبركم على أفضل من درجة الصلاة والصيام والصدقة؟ قالوا: بلى يا رسول الله، قال: صلاح ذات البين؛ فإن فساد ذات البين هي الحالقة، لا أقول: إنها تحلق الشعر، ولكنها تحلق الدين
Artinya: Maukah kalian aku tunjukkan sebaik-baiknya amal yang derajatnya lebih utama ketimbang salat, puasa dan sedekah. Para sahabat menjawab: Tentu. Rasulullah Saw bersabda: Menjadi pendamai di antara kalian, sesungguhnya yang merusak hubungan (perdamaian) sesama kalian adalah merusak agama (HR. al-Tirmidzi).
Baca juga Efek Beruntun Kekerasan
Dengan demikian, salah satu misi agama adalah untuk mewujudkan dan menjaga perdamaian. Karenanya perjuangan atas nama apa pun harus dilandasi atas kemanusiaan dan untuk membangun perdamaian. Membangun perdamaian sangat relevan dengan maqashid syariah yaitu sebagai hifz al-nafs (menjaga jiwa/diri), hifzul mal (menjaga harta), dan hifz al-din (menjaga agama). Dengan semangat ini, konflik apa pun yang muncul dalam kehidupan seharusnya bisa dikelola secara arif.
Baca juga Membangun Persaudaraan