Penyintas Bom Bali: Lawan Kekerasan dengan Menebar Kebaikan
Aliansi Indonesia Damai- Sekira pukul 6 petang, Ni Made Kembang Arsini baru saja membereskan meja dan kursi bekas tamu di Menega Cafe, Jimbaran, Bali. Ketika menuju dapur, baru berjalan sekitar lima langkah, ia merasa tangan kanannya seperti tertembak benda tumpul hingga membengkak dan telinganya berdengung kencang.
“Bom!! Bom!! Bom!!”. Meski sayup, suara teriakan orang-orang di area café mulai terdengar oleh Kembang. Sontak kepanikan menderanya. Ia segera berlari menyelamatkan diri sambil menahan rasa sakit di tangannya. Ia berusaha meminta pertolongan. Beruntung, seseorang dengan tanggap segera membawanya ke Rumah Sakit Jimbaran. Sayangnya rumah sakit tersebut penuh pasien. Ia pun dilarikan ke Rumah Sakit Graha Asih di Kuta. Di sana, Kembang sudah tak sadarkan diri.
Baca juga Nyoman Rencini, Mewujudkan Mimpi Mendiang Suami
Kembang lantas menjalani proses operasi. Dokter berhasil mengangkat 2 buah gotri yang bersarang di tubuh Kembang. Tak kurang dari 13 jahitan harus ia dapatkan. Setelah 5 hari di rumah sakit, barulah Kembang diperbolehkan untuk pulang dan rawat jalan. Hari-hari setelahnya, kehidupan Kembang berubah. Ia tak bisa lagi bekerja seperti biasanya karena harus menjalani pemulihan.
“Saya tidak ada firasat apa pun sebelum kejadian Bom Bali 2005 silam. Saya hanya berniat membantu suami saya mencari nafkah untuk anak saya yang masih berumur 3 tahun saat itu,” kata Kembang dalam salah satu kegiatan bersama AIDA.
Baca juga Titik Terang Dalam Kegelapan
Selama masa pemulihan, Kembang secara konsisten belajar menggerakkan tangannya. Sayangnya, tangan Kembang sudah tidak bisa sekuat seperti dulu. Tangannya juga sering merasa kesemutan. Bukan hanya itu, Kembang pun mengidap trauma. Ia selalu takut ketika mendengar suara yang keras, terutama suara kembang api. Ia merasa terpukul atas musibah yang menimpanya dan sempat merutuki nasib, mengapa harus dia yang menjadi korban pengeboman.
Namun seiring waktu, Kembang menyadari bahwa segala sesuatu yang telah terjadi harus diikhlaskan. Keluarga kembang tak berhenti mendukungnya agar terus bangkit. Kembang pun terus berusaha menerima keadaan. Kini, bersama AIDA, Kembang menjadi duta perdamaian untuk membagikan kisahnya pada orang lain. Cobaan adalah pemberian Tuhan, namun ia memilih untuk tidak menyerah dengan keadaan. Ia terus melanjutkan hidup dan kembali bekerja seperti biasa.
Dalam banyak kesempatan ia selalu berpesan, “Kita harus maafkan mereka yang telah menyakiti kita, agar kita bisa berdamai dengan apa yang terjadi di masa lalu. Balaslah kekerasan dengan cara terus menebar kebaikan.”
Baca juga Tarikan Ajaib Bocah Kecil