Teror Dini Hari Meyatimkan Dua Bocah
Aliansi Indonesia Damai- Lagi-lagi aksi terorisme menyisakan duka mendalam bagi keluarga korban. Aksi tak berperikemanusiaan itu merenggut kebahagiaan anak-anak usia dini. Brigadir Leonardo Latupapua, anggota Kepolisian Sektor Daha Selatan, yang gugur saat menjalankan tugas, meninggalkan dua orang anak. Masing-masing berusia 7 tahun dan 4 tahun.
Rukinah (31), istri Almarhum, menuturkan betapa dirinya merasa sangat kehilangan suami yang sangat penyayang. “Hancur hati saya ketika anak bangun tidur, karena menanyakan bapaknya tak pulang,” tuturnya seperti dilansir kalselpos.com (02/06/2020).
Baca juga Tiga Tahun Bom Kampung Melayu: Penyintas Move On (Bag. 1)
Leonardo meninggal akibat sabetan pedang Abdul Rahman (19), warga yang tinggal satu kecamatan dengannya di Daha Selatan. Pelaku dan korban juga sama-sama muslim. Menurut Rukinah, suaminya terlahir dari pasangan pria muallaf asal Ambon dan perempuan Banjarmasin. “Almarhum terlahir sebagai muslim dan asli kelahiran Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan,” ujarnya.
Senin dini hari (01/06/2020), Abdul Rahman tiba-tiba mendatangi markas Polsek Daha Selatan, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Seperti diberitakan banyak media massa, serangan itu terjadi sekitar pukul 02.15 Wita. Usai membakar mobil patroli yang terparkir di halaman luar, pelaku merangsek masuk ke dalam kantor.
Baca juga Tiga Tahun Bom Kampung Melayu: Penyintas Move On (Bag. 2-Terakhir)
Pada saat kejadian, ada tiga anggota kepolisian yang melaksanakan piket jaga malam. Akibat serangan itu, seorang anggota Polsek Daha Selatan lain terluka. Sementara pelaku tewas ditembak oleh anggota kepolisian yang datang memberikan bantuan.
Dari hasil olah tempat kejadian perkara, polisi menemukan sejumlah barang bukti milik pelaku, yaitu sebilah pedang samurai dengan sarungnya, sebuah tas pinggang berisi satu dompet dengan sejumlah uang di dalamnya, syal yang beridentitaskan seperti bendera ISIS, kartu identitas, mushaf Al-Quran kecil, dan secarik surat wasiat (kompas.id, 01/06/2020).
Baca juga Setelah 22 Tahun, Sudan Divonis Bayar Kompensasi Korban Terorisme
Polisi masih mengusut motif penyerangan tersebut. Apa pun hasil penyidikan, serangan di Pulau Borneo itu membuktikan bahwa tindak terorisme hanya memproduksi anak-anak yatim baru, baik yatim secara fisik karena kehilangan orang tuanya yang menjadi korban teror, atau secara sosial lantaran kehilangan kasih sayang dari orang tuanya yang dihukum penjara karena terlibat terorisme.
Padahal seperti firman Allah dalam Qs. Al Ma’un ayat 1-2, “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim.” Menghardik anak yatim saja disebut sebagai pendusta agama, apalagi orang yang dengan sengaja “meyatimkan” anak melalui aksi-aksi teror. [MS]
Baca juga Peristiwa Iman sebagai Pendewasaan