06/06/2020

Agen Sosialisasi Perdamaian

Oleh: Novi
Mahasiswa Kajian Terorisme Universitas Indonesia

Sosialisasi adalah proses individu melebur ke dalam masyarakat seutuhnya. Seseorang melakukan sosialisasi untuk memeroleh pengetahuan mengenai nilai, norma, dan tradisi dalam masyarakat. Ada pihak yang mengajarkan nilai dan norma, yakni agen sosialisasi primer dan sekunder. Agen-agen sosialisasi tersebut di antaranya adalah keluarga, sekolah, dan media massa.

Agen sosialisasi primer dan yang utama adalah keluarga, secara khusus keluarga inti. Orang tua dan anak memiliki kontak intim berdasarkan komitmen, kepercayaan, rasa hormat, dan kewajiban dalam mengasuh. Beberapa bentuknya adalah kasih sayang, pendidikan moral, dan memberikan waktu luang. Hal itu sebagai bentuk tanggung jawab orang tua untuk menanamkan bibit baik yang akan berguna untuk membentuk pribadi yang damai.

Baca juga Guru sebagai Penggerak Perdamaian

Dalam jurnal Parental Influence on Radicalization and Deradicalization (2017) dijelaskan bahwa keluarga bisa memengaruhi kepribadian individu berdasarkan nilai dan norma yang dianut. Dengan memberikan pengetahuan mengenai sikap saling menghormati, menghargai perbedaan, tenggang rasa, komunikasi yang baik, jujur, dan terbuka untuk berpendapat niscaya akan terbentuk pribadi individu yang baik.

Selain keluarga, sekolah menjadi lembaga pendidikan yang bertanggung jawab untuk mensosialisasikan anak, remaja, dan dewasa mengenai keterampilan, pengetahuan tertentu, dan pembelajaran dalam banyak hal. Sosialisasi di sekolah paling intensif dilakukan oleh remaja bersama guru dan juga teman sebaya. Sekolah berperan besar dalam pembentukan pribadi individu.

Baca juga Kompensasi dalam Etika Keadilan

Jurnal School as a Space of Socialization and Prevention menjelaskan, guru berperan melakukan penguatan positif, memberikan hukuman terhadap siswa, dan pujian untuk siswa yang berprestasi (Theimann, 2016: 72). Sebelum mengambil peran tersebut, guru harus bertransformasi menjadi pendidik dengan misi kebangsaan; menampilkan keterampilan mengajar yang terkini; sementara di sisi lain pemerintah merumuskan model pembelajaran yang bernilai perdamaian.

Jika para pemeran utama sudah bisa memberikan teladan yang baik berdasarkan misi kebangsaan, maka peran penguatan positif, pemberian pengetahuan akan berdampak besar pada Indonesia yang lebih damai dan sekolah sebagai agen sosialisasi berjalan dengan semestinya.

Baca juga Desisten dari Terorisme

Sosialisasi tidak pula dibatasi pada pengaruh keluarga dan sekolah, karena saat ini media massa berpengaruh besar dalam pembentukan individu. Media massa memainkan peran yang sentral dalam komunikasi kepada publik mengenai peristiwa yang terjadi. Banyak individu yang belum memiliki pengetahuan atau pengalaman tentang apa yang terjadi. Ketika tidak mengetahui informasi tersebut, mereka akan mendapatkan pengetahuan baru (Catherine, 2013: 321). Informasi tersebut mengikat dan bisa membentuk pribadi. Teks-teks media memberi kita pengalaman positif dan atau negatif.

Dalam pengamatan penulis, remaja adalah pihak yang paling rentan dalam penyebaran paham ekstremisme. Mereka dianggap sebagai individu yang labil, mudah dipengaruhi, memiliki keingintahuan yang sangat tinggi, kelompok terdidik, serta pengguna media sosial dan internet terbanyak.

Baca juga Mewaspadai Propaganda Ekstremisme Saat Pandemi

Oleh karena itu, media massa punya peranan penting dalam mendukung perdamaian dengan melakukan jurnalisme damai. Peranan media menurut konsepsi jurnalisme damai yang dipaparkan oleh Johan Galtung, yakni mengikuti etika jurnalistik, humanis, dan tidak memberikan berita palsu. Akan tetapi ini juga harus dibarengi oleh individu untuk selalu berpikir kritis atas informasi yang diperoleh, tidak menyebarkan berita bohong, dan selalu bertanggung jawab atas informasi yang sudah disebar luaskan.

Baca juga Nalar Kritis Benteng Ekstremisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *