Teladan Pemaafan dari Nabi
Nabi Muhammad SAW adalah suri teladan bagi seluruh umat manusia. Perilaku dan akhlak yang mulia membuat beliau dicintai para sahabat dan disegani musuh. Di antara sekian banyak perilaku mulia Nabi adalah sifat pemaafnya dan enggan menyimpan dendam. Sikap ini harus menjadi inspirasi bagi kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pernah suatu ketika, Nabi Muhammad SAW berada dalam kondisi amat terpuruk. Beberapa tahun sebelum hijrah ke Makkah, beliau ditinggal pergi selama-lamanya oleh istri dan paman yang selalu mendukung perjuangan dakwahnya. Kepergian istri dan paman beliau itu terjadi di tahun yang sama, sehingga tahun tersebut dikenal sebagai ‘Amul Huzni, atau tahun duka cita.
Baca juga Mantan Ekstremis Bicara Jihad
Tak cukup sampai di situ, kepergian dua orang kekasih Nabi itu membuat kaum kafir Quraisy semakin semena-mena terhadap Nabi, karena mengetahui tidak ada lagi orang yang bisa melindungi beliau. Kaum muslimin tak lepas dari perundungan dan penyiksaan oleh kaum kafir Quraisy.
Sudah jelas bahwa Makkah bukan lagi tempat yang aman. Nabi pun berinisiatif untuk menyebarkan dakwah Islam ke tempat lain sembari mencari perlindungan. Tempat yang dituju adalah Thaif, daerah kawasan yang terletak sekitar 80 km dari Makkah. Harapan beliau, penduduk Thaif mau menerima risalah Islam dan memberikan perlindungan bagi kaum muslimin. Lantas Nabi berangkat bersama seorang pengikutnya, Zaid bin Haritsah.
Baca juga Habitus Perdamaian: Belajar Dari Penyintas (Bag. 1)
Gayung tak bersambut. Bani Tsaqif yang merupakan kabilah terbesar di Thaif menolak ajaran Nabi. Para pemimpinnya mengusir dan menghina Nabi. Mengetahui dakwahnya gagal, Nabi pun bermaksud meninggalkan daerah itu. Ketika beranjak pulang, warga Thaif melempari Nabi dan pengikutnya dengan tanah dan batu, seolah tak ingin keduanya pulang dalam keadaan selamat. Walhasil, Nabi dan pengikutnya mengalami luka-luka.
Nabi kemudian beristirahat di sebuah kebun milik warga. Selain melepas penat setelah menghindari intimidasi, Nabi dan pengikutnya mengobati luka yang mereka derita. Saat itulah Nabi berdoa kepada Allah, mengadukan cobaan berat yang menimpanya dalam menyebarkan risalah tauhid.
Baca juga Habitus Perdamaian: Belajar dari Penyintas (Bag 2)
Sesaat kemudian, Malaikat Jibril bersama malaikat penjaga gunung datang menghampiri. Menyaksikan penghinaan yang dilakukan oleh penduduk Thaif kepada Nabi, Jibril menawarkan diri untuk melakukan apa pun yang diperintahkan Nabi terhadap orang-orang Thaif. Jibril bahkan menawarkan untuk menimpakan dua gunung kepada penduduk Thaif, agar mereka merasakan azab lantaran telah mendustai Nabi.
Respons mulia datang dari Nabi Muhammad SAW. Beliau menolak tawaran Jibril. Sebaliknya, Nabi justru mendoakan agar kelak mereka mendapatkan hidayah dan rela menerima Islam. Tidak ada rasa dendam yang bersemayam di dalam hati beliau, sekali pun diperlakukan tidak baik.
Kesabaran demi kesabaran yang beliau tunjukkan ketika dirundung penduduk Makkah maupun penduduk Thaif pada akhirnya berbuah manis. Pada tahun kesepuluh kenabian, penduduk Yastrib menerima dakwah Nabi. Mereka juga siap menyambut kedatangan Nabi dan kaum muslimin serta memberikan perlindungan. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan peristiwa hijrah dan menjadi titik balik kebangkitan Islam. Kota Yastrib kemudian berubah nama menjadi Madinah, seperti yang kita kenal saat ini.
Baca juga Reintegrasi Sosial Mantan Ekstremis
Madinah seketika menjadi pusat kekuatan Islam. Sekalipun Nabi telah berhasil menghimpun kekuatan, beliau tak serta merta membalaskan dendam kepada orang-orang yang pernah menyakitinya. Saat penaklukan Makkah dan Thaif, penduduknya dibiarkan hidup. Padahal jika mengedepankan dendam, tentulah penduduk dua kota itu musnah dengan kekuatan kaum muslimin.
Mereka juga tidak dipaksa memeluk Islam. Hal yang membuat mereka memeluk Islam justru kebaikan hati Nabi yang tidak membalas kejahatan mereka dengan keburukan. Inilah teladan sesungguhnya dari seorang kekasih Allah. Beliau adalah seorang pemaaf yang tidak pernah menyimpan dendam, baik di posisi yang lemah maupun saat berkuasa.
Baca juga Mencari Titik-Titik Persamaan