05/01/2021

Pendidikan Damai Sejak Dini

Aliansi Indonesia Damai- Pendidikan perdamaian perlu dimulai sejak usia dini. Oleh karena itu, kampanye perdamaian penting melibatkan para guru agar mereka dapat menyemai perdamaian bagi anak-anak didiknya.

Demikian pesan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiyah (LPPA) PDA Banyumas, Mintarti, saat menjadi narasumber dalam bedah buku La Tay’asIbroh dari Kehidupan Teroris dan Korbannya, yang digelar AIDA bersama PD Aisyiyah Banyumas akhir tahun 2020 lalu. Menurut dia, peran guru sangat signifikan untuk membentuk karakter siswa yang cinta damai.

Baca juga Aisyiyah Banyumas Dukung Pertobatan Mantan Teroris

“Perlu bagi guru-guru pendidikan usia dini untuk diberikan pemahaman, bagaimana mereka bisa menyampaikan bahaya dari aksi-aksi kekerasan,” kata Mintarti di hadapan puluhan kader Aisyiyah  Banyumas yang bergabung secara daring. Sebagian peserta berprofesi sebagai guru PAUD.

Dalam kegiatan ini hadir mantan pelaku terorisme, Choirul Ihwan, dan keluarga korban bom Bali 2002, Hayati Eka Laksmi. Hayati Eka berbagi kisah tentang perjuangan mendidik anak-anaknya usai suaminya meninggal dunia akibat Bom Bali Oktober 2002. Ia merasa bangga karena hingga usia dewasa, anak-anaknya mampu menjadi pribadi yang cinta damai, bahkan telah memaafkan pelakunya.

Baca juga Dukungan Pertobatan Mantan Teroris

Dari pengalaman Eka tersebut, Mintarti mengambil pembelajaran bahwa pendidikan damai sejak dini sangat penting untuk membentuk masyarakat yang cinta damai.  “Tadi pengalaman Ibu Hayati Eka Laksmi, ketika anaknya ditanya cita-cita, ternyata ingin menjadi polisi yang ingin menembaki teroris. Namun dengan pendidikan, mereka mampu memaafkan,” ujar pengajar sosiologi di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto itu.

Mintarti menilai, pendidikan damai sejak dini merupakan bentuk pencegahan dari potensi terjadinya aksi-aksi kekerasan. Dengan langkah itu ia berharap tidak ada lagi aksi-aksi kekerasan di masa mendatang, apalagi kekerasan yang mengatasnamakan agama, seperti terorisme.

Baca juga Perjumpaan Aktivis Aisyiyah dengan Penyintas Bom Bali

Ia juga menekankan bahwa kekerasan mengatasnamakan agama bukan hanya terjadi dalam Islam, akan tetapi juga terjadi dalam agama-agama lain. Padahal agama harus menjadi inspirasi untuk menjadi manusia yang cinta damai. “Terorisme bukan secara spesifik milik orang Islam, di agama-agama lain sebetulnya juga ada. Agama semestinya bisa menuntun kita, bukan menimbulkan terorisme,” ujarnya tegas.

Dari kisah pertobatan mantan pelaku dan pemaafan oleh korbannya, Mintarti mengajak aktivis Aisyiyah untuk menghindari sekaligus terlibat dalam pencegahan aksi-aksi kekerasan. “Kita bisa mengambil pembelajaran bahwa kita jangan sampai membalas kekerasan dengan kekerasan, dan tidak membalas ketidakadilan dengan ketidakadilan,” ucapnya memungkasi. [AH]

Baca juga Aktivis Aisyiyah Pejuang Pendidikan Damai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *