16/08/2021

Siswa SMAN 4 Makassar Belajar dari Korban Bom

Aliansi Indonesia Damai- Setiap orang tentu tidak pernah berharap musibah datang menimpanya. Namun apabila Tuhan berkehendak memberikan ujian yang datang bersama musibah, maka sabar dan ikhlas adalah solusi terbaik. Pelajaran ini disampaikan Wartini, korban Bom Kuningan 2004, kepada puluhan siswa SMAN 4 Makassar dalam Dialog Interaktif “Belajar Bersama Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang dilaksanakan AIDA secara daring pada Senin (09/08/2021).

Masih teringat jelas dalam benak Wartini, saat-saat di mana sang suami, Syahromi, sempat merasa was-was ketika akan berangkat bekerja sebagai petugas keamanan di kantor Kedutaan Besar Australia, 9 september 2004. Namun karena tanggung jawab pekerjaan, Syahromi memutuskan tetap berangkat bekerja.

Baca juga Pesan Damai Siswa SMAN 22 Makassar

Selang beberapa jam berikutnya, kabar mengejutkan datang dari tetangga Wartini. Telah terjadi ledakan bom di tempat suaminya bekerja. Tanpa pikir panjang ia langsung menuju lokasi kejadian. Ia mendapatkan informasi bahwa suaminya telah dibawa ke rumah sakit. Ia lantas menjumpai suaminya dalam keadaan lemas dengan tatapan kosong. Ternyata pendengaran suami cedera parah.

Selama dua tahun Syahromi menjalani rawat jalan. Namun ajal menjemputnya kala Wartini mengandung usia 6 bulan, sementara dua anaknya yang lain masih sangat belia. Wartini sempat merasa tak berdaya kala itu. Beruntung ia menyadari bahwa semuanya sudah digariskan Tuhan.

Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Makassar (Bag. 1)

Sejumlah peserta tampak larut haru dalam kisah Wartini. Sejumlah pertanyaan mengarah kepadanya. “Apakah Ibu menyayangkan keputusan suami Ibu tetap berangkat meski telah merasakan firasat? Bagaimana respons anak-anak Ibu setelah kejadian? Dan bagaimana Ibu bisa menguatkan hati sehingga bisa setegar ini?” Demikian salah seorang peserta memberondong pertanyaan.

Menanggapi hal tersebut, Wartini mengatakan bahwa ia tidak menyesal sama sekali atas keputusan suaminya yang tetap bekerja meski sempat merasakan firasat buruk. “Saya nggak bisa menyayangkan kepergiannya saat itu. Karena bagi saya itu mungkin sudah jalannya ya, sudah takdir. Dan suami saya seperti itu, saya terima apa adanya,” ucapnya dengan nada tercekat.

Baca juga Dialog Mantan Napiter dengan Siswa SMA Hang Tuah Makassar

Sebagai tulang punggung bagi ketiga buah hatinya, Wartini sadar harus bisa sekuat mungkin menghadapi suratan takdir agar anak-anaknya juga kuat dan tegar. Ia juga menasehati anak-anaknya untuk tidak menyimpan dendam.

“Anak-anak harus kuat seperti saya. Saya menekankan kepada anak-anak untuk jangan menyimpan dendam. Dendam tidak akan bisa mengembalikan Bapak. Akhirnya anak-anak sadar dan sudah tidak menyimpan amarah atau dendam lagi,” ucapnya.

Baca juga Semangat Ketangguhan dari SMKN 4 Makassar

Selain pertanyaan, peserta juga menghaturkan dukungan dan doa bagi Wartini. “Terima kasih Ibu atas inspirasinya. Mendorong kita untuk pantang menyerah, selalu sabar, tidak mendendam, serta selalu ikhlas akan semua ketetapan Allah SWT. Karena setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Allah tidak mungkin menguji hamba-Nya kalau tidak ada jalan keluarnya,” ucap salah seorang siswa di akhir kegiatan.[SWD]

Baca juga Dialog Mantan Napiter dengan Siswa SMAN 1 Makassar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *