07/08/2021

Dialog Mantan Napiter dengan Siswa SMAN 1 Makassar

Aliansi Indonesia Damai – Kegiatan Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” kembali dilaksanakan oleh AIDA, Senin (02/08/2021). Sebanyak 52 siswa-siswi SMAN 1 Makassar aktif menyimak paparan dari narasumber Tim Perdamaian yang terdiri dari mantan pelaku terorisme dan korbannya.

Dalam sesi tanya jawab, beberapa siswa menunjukkan antusiasmenya dengan melemparkan beberapa pertanyaan kepada Choirul Ikhwan, mantan narapidana terorisme (napiter), yang menjadi narasumber.

Baca juga Dialog Siswa SMAN 1 Makassar dengan Korban Bom Thamrin

Salah seorang siswa menyampaikan kekhawatirannya apabila di kemudian hari ada temannya yang mulai terlihat mengarah ke dalam jaringan ekstrem. “Apa yang bisa saya lakukan sebagai seorang individu, tanpa membahayakan keselamatan saya dan orang di sekitar saya?” ujarnya.

Irul, sapaan akrab Choirul Ikhwan, menyampaikan pentingnya untuk memastikan terlebih dahulu dan tidak asal menuding hanya karena ciri tertentu. Ia juga berpesan agar tetap berhubungan baik dengan orang tersebut. Jika memang sudah menunjukkan indikasi yang kuat, maka melaporkan ke pihak berwenang menjadi solusi yang paling aman.

Baca juga Menyemai Ketangguhan di SMK Budi Mulia Malang

Hal tersebut dikuatkan dengan pendapat dari Hasibullah Satrawi, Ketua Pengurus AIDA, yang menjadi fasilitator kegiatan. Menurut dia, penting untuk mencoba merebut hati pihak-pihak yang terindikasi daripada langsung melaporkan. Ia juga menyarankan untuk menyampaikan dampak yang disebabkan oleh kelompok terorisme terhadap para korban.

“Gejalanya harus dipahami betul, seperti salah satu tandanya adalah mudah mengkafirkan sebagaimana yang dicontohkan oleh Choirul Ikhwan. Kalau bisa disampaikan dampaknya juga, kalau lanjut bisa menimbulkan korban, dan kita semua bisa menjadi korban. Ketika sekadar lewat, atau nongkrong di café, tidak pernah ada praduga bahwa akan menjadi korban,” ucap Hasibullah.

Baca juga Dialog Siswa SMAN 4 Malang dengan Mantan Ekstremis

Siswa lain bertanya terkait respons keluarga Irul ketika mengetahui dirinya telah bergabung ke dalam kelompok ekstrem. Menanggapi hal tersebut, Irul mengungkapkan rasa syukurnya karena berasal dari keluarga dengan latar belakang keislaman yang moderat. Pasalnya, banyak napiter yang memiliki keluarga jihadis sehingga sulit dan cenderung ditahan untuk kembali ke jalan perdamaian.

Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa keluarga berperan penting dalam proses kembalinya menuju jalan perdamaian. “Kasih sayang orang tua dan keluarga itu luar biasa, walaupun itu diungkapkan dengan hal yang berbeda dengan yang kita pikirkan,” ucap Irul.

Baca juga Generasi Muda Duta Perdamaian

Sebelum menutup dialog dengan para siswa, Irul mengingatkan agar para siswa tidak mudah merasa paling benar sendiri. Karena kebenaran bukanlah hal yang mutlak dan harus terus ditelusuri.

“Kebenaran itu tidak serta merta kita miliki. Kita harus terus mencari dan mencari. Bisa jadi hari ini kita menganggap apa yang kita lakukan benar, suatu saat kita menyadari itu salah. Kita tidak boleh sombong diri dengan hal itu, sehingga menyalahkan orang lain,” demikian pesannya. [WTR]

Baca juga Generasi Muda Cinta Damai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *