Meneladani Penyintas Bom
Aksi terorisme hanya menyebabkan dampak luka dan trauma bagi para korbannya. Di mana ada aksi terorisme, maka korban lah yang paling terkena dampaknya. Dari interaksi dengan banyak penyintas terorisme, penulis mengerti bahwa sangat sulit menghilangkan trauma psikis. Beberapa penyintas bom mengaku masih merasa ketakutan saat mendengar suara keras dan dentuman. Namun hebatnya, meski sebagian dari mereka mengalami cedera parah, bahkan mengalami disabilitas, mereka tidak berputus asa, tidak membalas kejahatan dengan keburukan, dan memilih memaafkan para pelaku.
Sebagai contoh adalah Sudirman Thalib, penyintas Bom Kuningan 2004. Saat ledakan terjadi di depan kantor Kedutaan Besar Australia itu, spontan ia meneriakkan takbir, “Allahu Akbar,” sebelum kemudian menyadari dirinya telah terpental jauh dari posisi awalnya berdiri. Ia mesti kehilangan mata kirinya akibat peristiwa itu. Tak ayal harus menjalani hidup dengan keterbatasan fisik. Toh demikian, Sudirman tidak menyerah atas keadaan. Ia memilih terus melanjutkan pekerjaan dan meneruskan misi mulia perantauannya dari Bima, Nusa Tenggara Barat, ke Jakarta: membantu perekonomian keluarganya. Ia bahkan mampu meraih gelar Sarjana Pendidikan pada tahun 2015.
Baca juga Penyintas Bom Melampaui Ketangguhan
Sudirman menyadari bahwa dengan memaafkan pelaku, dirinya bisa berdamai dengan dirinya sendiri dan kenyataan. Ia memang sempat memendam amarah, namun akhirnya memilih jalan pemaafan. Hal ini mencerminkan akhlak mulia. Salah satu ciri seorang mukmin sejati adalah mampu memaafkan orang yang telah berbuat kekeliruan kepadanya. Allah berfirman:
وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكَاظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan (QS. Ali Imron: 133-134).
Baca juga Menghargai dan Mengasihi Sesama
Nabi Muhammad Saw bersabda:
ما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا
Dan tidaklah Allah menambahkan terhadap hamba yang mau memaafkan kecuali kemuliaan (HR. Muslim).
Muhyiddin al-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menerangkan bahwa Nabi Muhammad Saw menganjurkan umatnya untuk saling memaafkan jika ada yang menzalimi/terzalimi. Memaafkan orang yang telah menzalimi memang tidak pernah mudah. Akan tetapi penyintas terorisme telah membuktikan bahwa pemaafan adalah langkah terbaik, sekaligus menunjukkan akhlak terpujinya dengan bersikap baik kepada mantan pelaku terorisme.
Baca juga Efek Beruntun Kekerasan