14/07/2022

Psikologi Memaafkan (Bag. 4-Terakhir)

Aliansi Indonesia Damai- Pada bagian terakhir ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang kunci dasar memaafkan sebagaimana disarankan oleh Robert Enright dalam buku 8 Keys To Forgiveness. Selain memahami pentingnya memaafkan, forgivingly fit mengatasi rasa sakit hati.

Ada lima kunci lagi untuk mampu menjadi pribadi yang memaafkan. Kunci keempat adalah mengembangkan pikiran memaafkan melalui empati. Para ilmuwan telah mempelajari apa yang terjadi di otak ketika orang berpikir tentang memaafkan. Ketika orang membayangkan tentang memaafkan, muncul peningkatan aktivitas di sirkuit saraf yang bertanggung jawab atas empati. Ini menunjukkan bahwa empati terhubung dengan memaafkan, sekaligus langkah penting dalam proses memaafkan.

Baca juga Psikologi Memaafkan (bag. 1)

Jika Anda memeriksa beberapa detail dalam kehidupan orang yang menyakiti kita, mungkin dapat ditemukan kelemahan fisiknya, masalah masa lalunya, trauma psikologis, hingga kita memahami nilai-nilai kemanusiaan yang sama dengan yang kita miliki. Anda mungkin mengenalinya sebagai orang yang rentan terluka dan bisa memandangnya sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kekeliruan.

Kunci kelima, temukan makna dalam penderitaan kita. Ketika kita sangat menderita, penting bagi kita untuk menemukan makna dari apa yang telah kita alami. Tanpa melihat makna, seseorang bisa kehilangan tujuan yang dapat menyebabkan keputusasaan. Penderitaan adalah ujian hidup yang mengubah kita menjadi lebih arif dan bijak.

Baca juga Psikologi Memaafkan (bag. 2)

Menemukan makna bukan untuk memunafikkan rasa sakit yang diterima, namun memilih untuk lebih fokus pada keindahan dunia. Bisa pula untuk berperilaku baik kepada orang lain agar tidak merasakan seperti yang kita rasakan. Kita harus menggunakan penderitaan kita untuk lebih mencintai dan memberikan cinta itu kepada orang lain. Menemukan makna, dalam dan dari diri sendiri, sangat membantu menemukan arah dalam memaafkan.

Kunci keenam, ketika memaafkan terasa sulit, maka mintalah kekuatan lain. Memaafkan selalu sulit ketika kita berhadapan dengan ketidakadilan yang mendalam. Hal tersebut normal. Memaafkan adalah proses yang membutuhkan waktu, kesabaran, dan tekad. Cobalah untuk tidak bersikap keras pada diri sendiri. Bersikaplah lembut dan melatih rasa tenang, serta menerima kondisi luka batin terhadap diri sendiri.

Baca juga Psikologi Memaafkan (Bag. 3)

Bila saatnya kita ingin memaafkan dan merasa sulit, mungkin perlu meminta bantuan orang lain. Misalnya mencari orang-orang baik dan bijak yang mendukung dan memiliki kesabaran untuk memberi waktu kesembuhan bagi kita. Cobalah untuk mengembangkan keberanian dan kesabaran dalam diri untuk membantu kita memaafkan. Bisa pula berlatih dengan menerima penghinaan kecil terhadap kita tanpa menyerang balik. Kita memberikan hadiah kepada semua orang, termasuk orang yang mungkin melukai perasaan kita.

Kunci ketujuh, maafkan diri sendiri. Diakui atau tidak, sebagian besar dari kita cenderung lebih keras pada diri sendiri daripada kepada orang lain. Jika kita tidak bisa mencintai diri karena pilihan yang kita lakukan di masa lalu, kita mungkin perlu berusaha untuk memaafkan diri sendiri, menawarkan perasaan berharga, terlepas dari tindakan yang sudah dilakukan. Banyak di antara orang yang memendam amarah akhirnya bisa melepas amarahnya setelah mampu memaafkan diri sendiri.

Baca juga Meneladani Kesabaran Nabi Ibrahim (Bag. 1)

Kunci kedelapan, menebarkan semangat damai. Ketika mengatasi penderitaan, kita memperoleh pemahaman yang lebih matang tentang apa artinya menjadi rendah hati, berani, dan memberikan kasih sayang. Kita mungkin tergerak untuk menciptakan suasana yang penuh kompromi di rumah dan tempat kerja, bahkan bersedia untuk membantu orang lain yang dirugikan, atau untuk melindungi orang-orang terdekat dari lingkaran kebencian dan kekerasan. Semua pilihan tersebut dapat meringankan hati dan membawa kebahagiaan dalam hidup seseorang. Itulah 8 kunci untuk menjadi manusia pemaaf yang disarankan oleh Robert Enright.

Akhiran, beberapa orang mungkin percaya bahwa mencintai orang lain yang menyakiti kita adalah hal mustahil. Tetapi penulis menemukan, banyak orang yang memaafkan akhirnya menemukan cara untuk membuka hati dan dirinya sebagai duta perdamaian bersama orang yang menyakitinya. Salah satunya penyintas aksi terorisme yang menjadi duta perdamaian bersama mantan pelaku ekstremisme kekerasan. Mereka tumbuh untuk mencintai lebih luas dan mendalam, sekaligus menciptakan warisan cinta yang akan hidup lama di hati banyak orang dalam wujud perdamaian.

Baca juga Meneladani Kesabaran Nabi Ibrahim (Bag. 2-terakhir)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *