08/09/2022

Mengikhlaskan Masa Lalu

Setiap waktu yang kita lewati dalam perjalanan hidup ini tak bisa kita ulangi lagi. Mesin waktu nyatanya hanya ada di film dan naskah drama fiksi.

Sebagaimana kisah hidup yang menimpa para korban terorisme. Jika waktu diputar balik, tentu saja mereka ingin tak ada musibah tersebut dalam episode hidupnya. Karena itu, satu-satunya jalan yang bisa mereka tempuh adalah mengikhlaskan masa lalu dan belajar menjadi manusia yang bersyukur karena masih diberi kesempatan bernafas.

Baca juga Berdamai dalam Kemacetan

Aksi terorisme dengan segala situasi yang menimpa korbannya adalah sadisme. Bagi korbannya, itu kehancuran bagi segala cita-cita yang sudah ditata untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Tapi bagi korban, pada saatnya harus menyadari bahwa semua hal yang terjadi adalah takdir Allah, kun fayakun, jadilah maka terjadilah.

Hidup memang kadang tak sesuai keinginan hingga seringkali kita menyalahkan takdir, kenapa harus seperti ini? kenapa mesti begitu? Namun kita tak boleh membiarkan diri terus terbengkalai pada situasi di masa lalu. Bagaimana pun life must go on, hidup harus berjalan terus.

Baca juga Kebersihan Sebagian dari Perdamaian

Di sisi lain, sebagian mantan pelaku terorisme yang bertobat tak ingin berhenti pada kata maaf. Mereka memang sudah menjalani hukuman yang divoniskan oleh negara. Mereka pun telah menyadari bahwa perilakunya dulu adalah dosa besar dan tak berperikemanusian. Mereka melangkah lebih jauh menjadi juru kampanye perdamaian agar tak ada lagi orang-orang yang mengikuti jejak mereka.

Kini sebagian korban dan mantan pelaku terorisme sudah berdamai dengan keadaan. Mereka berkomitmen mengampanyekan perdamaian demi membangun kehidupan yang lebih tenteram dan tenang untuk ke depannya.

Baca juga Berpikir Damai sejak Dini

Bagi korban terorisme memaafkan jauh lebih membuatnya merasa tenang dan ringan untuk melangkah. Memaafkan diri sendiri membuatnya lebih mencintai diri sendiri. “Aku tetaplah aku” baik dulu maupun sekarang di mana jiwa sangat berharga, dan mencintai diri sendiri dengan segala kekurangan maupun kelebihannya.

Setelah ikhlas dan memaafkan, korban terorisme berjuang dan bertawakal. Sementara mantan pelaku terorisme berusaha untuk menjalani hidup sebagai insan yang lebih baik dengan berkaca pada masa lalu.

Baca juga Menjauhi Ranah Kekerasan

Hidup memang harus lillah, niatkan semuanya hanya untuk Allah semata. Karena tujuan hidup sebenarnya bukan di kehidupan fana ini tapi kelak di kehidupan abadi.

Mari memaafkan yang melukai 
Melupakan yang menyakiti 
Hidup tenang, hidup bahagia 
Kebencian hanya menjadi penghalang bagi kebahagiaan untuk masa yang akan datang

Baca juga Tips Menghindari Pertengkaran di Medsos

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *