20/11/2023

Pertobatan Mantan Ekstremis untuk Indonesia Damai

Indonesia, dengan segala kekayaan sumber daya alam, warisan budaya, keragaman suku dan pemeluk agama, kerap dihadapkan pada tantangan ekstremisme. Watak ekstremis yang menghalalkan segala cara, termasuk aksi-aksi kekerasan yang menumpahkan darah umat manusia, untuk mewujudkan niatnya tentu saja rawan mengancam kedamaian bumi pertiwi.

Namun ada fenomena positif yang terus berkembang yaitu pertobatan para mantan ekstremis. Ada dari mereka yang sekadar memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan jaringan ekstremisme dan kembali pada kehidupan normal. Sebagian lainnya melangkah lebih jauh untuk terlibat dalam kampanye-kampanye perdamaian dalam bingkai kebinekaan.

Baca juga Belajar Bersyukur dari Kisah Korban Bom

Salah satu yang penulis jumpai adalah Iswanto, mantan anggota Jamaah Islamiyah (JI) Wakalah Jawa Timur dan bergabung sebagai kombatan dalam konfik komunal di Ambon dan Poso. Bertahun-tahun ia berpeluh di medan kekerasan atas nama jihad. Tetapi melalui proses yang panjang dan berliku, ia mantap untuk meninggalkan kelompok ekstrem. Kini Iswanto menekuni profesi sebagai guru dan pedagang kelontong, selain aktif dalam kampanye-kampanye perdamaian bersama AIDA. “Sekarang saya memahami, mencintai negara juga bagian dari iman. Tidak perlu berperang, karena itu menyakiti sesama,” ujarnya dalam salah satu kegiatan AIDA.

Keinsafan Iswanto atas kekeliruan pemahaman dan aksinya di masa lalu mendorongnya untuk menempuh jalan tobat. Proses ini menunjukkan adanya dorongan perubahan dan kesediaan yang kuat untuk meninggalkan jalan kekerasan demi mewujudkan visi Indonesia yang damai.

Baca juga Aspirasi Damai Maulid Nabi

Langkah pertama dalam proses ini adalah kesadaran akan dampak destruktif ekstremisme terhadap masyarakat. Mantan ekstrimis yang mengalami pertobatan umumnya menyadari bahwa intoleransi dan kekerasan tidaklah membawa kebaikan, melainkan merugikan bangsa dan negara.

Dalam perjalanan pertobatan, pendekatan rehabilitasi memegang peranan penting. Program pendidikan dan pembinaan membantu mantan ekstremis memahami nilai-nilai toleransi, keadilan, dan kerja sama. Proses ini tidak hanya membantu mereka mengatasi trauma masa lalu, tetapi juga membentuk pemahaman yang lebih mendalam tentang keberagaman dan pentingnya dialog antartokoh masyarakat.

Baca juga Memahami Perundungan

Peran masyarakat dalam mendukung pertobatan tidak dapat diabaikan. Dengan menyambut mantan ekstremis kembali ke dalam lingkungan sosial, masyarakat telah membuka peluang bagi perubahan positif. Ini menciptakan lingkungan yang suportif atas reintegrasi dan memupuk semangat perdamaian.

Pertobatan mantan ekstremis juga membuktikan bahwa kesalahan masa lalu tidak harus menjadi kutukan abadi. Indonesia dapat menjadi saksi bagaimana individu-individu yang terdahulu terlibat dalam kegiatan ekstrem dapat berkontribusi positif dalam membangun harmoni sosial.

Baca juga Peace Food sebagai Upaya Perdamaian

Sejatinya Indonesia memiliki landasan filosofis dan budaya yang kuat untuk mendukung pertobatan mantan ekstremis. Dukungan ini adalah investasi jangka peanjang untuk kedamaian dan stabilitas serta memastikan bahwa setiap warga negara dapat hidup dalam kerukunan tanpa adanya ancaman kekerasan, terutama berbasis ideologi.

Pertobatan mantan ekstremis juga merupakan cerminan harapan bagi Indonesia yang damai. Dengan memahami dan mendukung proses ini kita dapat bersama-sama melangkah menuju masa depan yang penuh toleransi dan rasa saling menghargai, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai contoh bagi negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa. [CN]

Baca juga Medsos untuk Perdamaian

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *