13/10/2021

Dialog Pelajar Malang dengan Mantan Napiter

Aliansi Indonesia Damai- Mukhtar Khairi, mantan narapidana terorisme (napiter), membagikan kisah hidupnya kepada puluhan pelajar Malang, Jawa Timur, Rabu (06/10/2021). Mukhtar berharap agar generasi muda berhati-hati dan tidak salah langkah seperti dirinya dahulu.

“Jauhi pengajian tertutup, selektif memilih teman dan komunitas,” ujarnya berpesan kepada peserta Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang diselenggarakan AIDA bekerja sama dengan Kemendikbud Ristek. Kegiatan diikuti secara daring oleh perwakilan siswa SMAN 4, SMAN 5, dan SMAN 6 Kota Malang.

Baca juga Dialog Pelajar Malang dengan Penyintas Bom Bali

Setelah Mukhtar menceritakan sepak terjangnya di jaringan ekstremisme kekerasan, kehidupan di dalam Lapas, serta pertobatannya kembali ke jalan perdamaian, sejumlah peserta mengajukan pertanyaan. Salah seorang siswa bertanya, apa yang membuat para pelaku tidak takut apabila disuruh melakukan bom bunuh diri.

Mukhtar menjelaskan, seseorang yang bergabung ke dalam kelompok teror tidak serta merta langsung disuruh melakukan aksi bunuh diri. Awalnya ia akan dicuci otak terlebih dahulu. Ketika dianggap sudah siap dan tidak takut, barulah diutus sebagai pelaku bom bunuh diri. Lantas apa yang membuatnya berani?

Baca juga Kemendikbud: Generasi Muda Jangan Terseret Ekstremisme

“Dalil-dalil, baik itu ayat Al-Qur’an ataupun hadis. Pelaku teror biasanya menggunakan dalil tersebut sebagai pembenaran. Contohnya hadis yang mengatakan bahwa orang yang mati syahid akan dikawinkan dengan 73 bidadari di surga. Ini yang menjadi motivasi kita. Merasa mendapat jalan pintas menuju surga,” ujar Mukhtar menerangkan.

Iming-iming surga itulah yang membuat para pelaku menjadi gelap mata. Mereka tidak takut mati, tidak memikirkan nasib orang yang menjadi korban, menolak nasihat dari orang selain kelompoknya. Dalam keyakinannya dulu, jalan pintas menuju surga adalah jihad. “Kita menganggap jihad sebagai tujuan. Padahal bukan. Jihad adalah salah satu sarana saja untuk menuju surga. Selain jihad, ada shalat, puasa, dan lain-lain,” tutur Mukhtar.

Baca juga Pesan Perdamaian Pelajar Malang (Bag. 1)

Ia membagikan tips agar generasi muda tidak mudah terpengaruh ajakan kelompok ekstrem. Cara paling mudah adalah dengan mengenali cara mereka merekrut orang. “Biasanya mereka mengajukan pertanyaan, kamu pilih Al-Qur’an atau Pancasila? Kebanyakan orang akan memilih Al-Qur’an. Baru setelah terpancing, mereka akan menjelek-jelekkan Pancasila,” ucap Mukhtar.

Pola tersebut digunakan untuk memerangkap orang ke dalam opini yang menyudutkan negara dan sistemnya. Dari situlah, target akan ditanamkan paham keagamaan yang esktrem untuk mengganti sendi-sendi negara dengan cara apa pun, termasuk cara-cara kekerasan.

Baca juga Buah Kesabaran Penyintas Bom

“Adik-adik juga bisa diiming-imingi dengan kenikmatan surga. Untuk mencapai itu, adik-adik ditawarkan cara-cara instan seperti meledakkan diri. Ketika sudah melihat hal yang seperti itu, hati-hati! Jangan sampai termakan oleh iming-iming mereka,” demikian petuah Mukhtar di akhir sesinya. [FAH]

Baca juga Penyintas Bom Bali Berbagi Ketangguhan di SMKN 3 Surakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *