Mengasihi Diri bukan Mengasihani Diri (Bagian 2)
Aliansi Indonesia Damai- Di antara cara menghindari perilaku mengasihani diri adalah dengan memberikan kasih sayang seutuhnya kepada diri kita. Alih-alih merasa iba pada diri karena peristiwa yang memilukan, alangkah lebih baik mencurahkan rasa kasih pada diri atau yang dikenal dengan self compassion dalam psikologi.
Self compassion berbeda dengan mengasihani diri atau self pity. Mengasihani diri membuat seseorang berlarut dalam masalah dan cenderung membesarkan kesedihannya. Ia cenderung over identification terhadap dirinya sampai membuatnya merasa sebagai orang yang paling menyedihkan di dunia dengan segala masalahnya. Padahal sangat mungkin banyak orang yang mengalami nasib sepertinya.
Baca juga Mengasihi Diri bukan Mengasihani Diri (Bagian 1)
Hal tersebut tentunya berbeda dengan self-compassion. Sikap ini bisa menjadi solusi agar kita lebih tangguh menyikapi penderitaan yang menerpa. Bahkan self-compassion bisa menjadi salah satu jalan yang tepat untuk mencapai kehidupan yang lebih positif dan membahagiakan. Pasalnya energi yang digunakan untuk mengasihi diri justru membangkitkan semangat. Beberapa ahli bahkan mengatakan, mengasihi diri adalah upaya bersikap baik dan berbelas kasih pada diri sendiri untuk melahirkan cinta dan kebijaksanaan.
Peneliti self compassion, Kristin D. Neff (2003), menyatakan bahwa self-compassion membuat kita mampu mengerti, tanpa menghakimi, segala hal yang menjadi kekurangan dan kegagalan kita di masa lalu, menerima kelebihan dan kekurangan, serta menyadari bahwa semua orang mungkin pernah merasakan deritanya masing-masing.
Baca juga Menguatkan Anak Korban Terorisme
Mengasihi diri dapat menenangkan emosi negatif. Hal ini disebutkan dalam penelitian yang dilakukan Neff, Kirkpatrick, Rude (2007) berjudul Self-Compassion and Adaptive Psychological Functioning bahwa orang yang menerapkan teknik self-compassion cenderung mengalami penurunan risiko depresi dan meningkatkan kepuasan hidup serta hubungan sosial yang lebih positif.
Dalam penelitian yang sama, ditemukan juga bahwa self-compassion membawa efek peningkatan fungsi psikis yang positif. Memerlakukan diri sendiri dengan penuh rasa cinta dapat memicu ketenangan. Perasaan aman sangat membantu ketika masalah dan stres datang.
Baca juga Awalnya Canggung Berakhir Canda
Dari penelitian di atas dapat kita tarik benang merah bahwa mengasihi diri sendiri membawa kita pada pikiran positif dalam melihat musibah yang datang menimpa. Bahkan perlahan menumbuhkan karakter tangguh menghadapi hal pelik dalam hidup.
Karakter tangguh menurut beberapa penelitian self-compassion lainnya, yaitu mengasihi diri secara positif terkait dengan kepuasan hidup, kebijaksanaan, optimisme, tanggung jawab terhadap diri, dan ketahanan emosional. Pada sisi lain membawa seseorang cenderung lebih mampu terhindar dari mengkritik diri, depresi, cemas, dan menghakimi diri atas kesalahan yang terjadi.
Baca juga Ibroh dari Dialog Korban dan Pelaku Terorisme
Lantas apakah mengasihi diri sendiri sama dengan egois? Beberapa psikolog menekankan, mengasihi diri sendiri bukanlah wujud dari egoisme meski sekilas hampir sama. Egoisme lebih mengarah pada mengejar harga diri yang tinggi, termasuk narsisme, persepsi diri yang kadang terbalik dengan kenyataan, serta kemarahan dan kekerasan terhadap mereka yang mengancam ego.
Hal ini berbeda dengan mengasihi diri yang menawarkan manfaat kesehatan mental yang sama dengan menjaga harga diri secara personal, tapi bukan untuk menuntut pengakuan dari orang lain. (bersambung)