Home Suara Korban Pantang Menyerah Membesarkan Anak
Suara Korban - 07/01/2020

Pantang Menyerah Membesarkan Anak

Tak pernah terbersit dalam pikiran Ni Wayan Rasni Susanti bahwa ia akan ditinggal pergi oleh suaminya selama-lamanya. Apalagi kondisi Rasni saat itu masih memiliki tiga orang anak yang harus dibesarkan. Mau tak mau, wanita asal Bali ini harus berjuang sendiri membesarkan ketiga anaknya lantaran ditinggal meninggal oleh suaminya.

Di tengah trauma dan kesedihan yang tak kunjung sembuh, Wayan pergi mencari pekerjaan. Ia pun mengemban tugas baru. Tidak hanya sebagai ibu, melainkan merangkap sebagai ‘ayah’ yang pergi mencari nafkah. Rasni mendatangi sejumlah tempat untuk melamar pekerjaan. Namun, nasib belum berpihak, tidak ada lowongan pekerjaan yang tersedia baginya.

Rasni tidak menyerah. Ia memutuskan berdagang kecil-kecilan dengan menjual pakaian keliling. Hal yang selalu menguatkan langkah kakinya adalah pesan mendiang suami, agar semua anaknya bisa mengenyam pendidikan tinggi. Mimpi suaminya menjadikan Rasni sebagai seorang ibu yang bertekad kuat dan semangat pantang menyerah.

Baca juga Berdamai Dengan Diri Sendiri

Tidak hanya dihadapkan dengan kerasnya perjuangan mencari nafkah, Rasni juga harus menenangkan ketiga anaknya yang menunjukkan perubahan sikap setelah kehilangan sosok ayah. Anaknya yang pertama acapkali terlihat sedih setelah kehilangan ayahnya. Padahal sebelumnya ia merupakan sosok anak yang riang. Anaknya yang kedua kerap marah ketika melihat Rasni tengah menonton televisi. “Setiap kali saya nonton tv dilarang sama dia. Ibu jangan nonton tv lagi. Dia nangis, masuk kamar lalu mengunci pintu,” tuturnya.

Sementara anak ketiganya yang masih berusia tiga tahun saat ayahnya tiada, dengan polosnya selalu menanyakan kapan ayahnya pulang. Pasalnya selama ini si bungsu biasa menunggu bapaknya pulang kerja sembari membawa oleh-oleh. Setelah ayahnya tiada, ia tetap menunggu di sana, berharap sang ayah pulang membawa oleh-oleh.

Padahal kondisi Rasni sendiri sedang tidak baik-baik saja. Ia sendiri juga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk bangkit dari sakitnya kehilangan, lebih kurang sepuluh tahun. Proses mencari nafkah, membesarkan anak, dan memulihkan diri berjalan secara bersamaan. Semua kesulitan dan kepedihan yang dialami oleh Rasni itu disebabkan oleh aksi kekerasan bernama terorisme.

Baca juga Keikhlasan yang Berbuah Kedamaian

Pada peristiwa Bom Bali 2002, suami Rasni meninggal dunia. Beberapa jam sebelum kejadian, sang suami pergi berangkat kerja seperti biasa. Sementara Rasni berada di rumah bersama ketiga anaknya. Sekitar pukul 22.30 malam, Rasni yang tengah bersandar di dinding rumahnya mendengarkan suara dentuman sebanyak dua kali. Dentuman yang kedua bahkan membuat dinding rumahnya bergetar.

Usut punya usut, bom tersebut meledak di Sari Club, Legian, tempat suami Rasni bekerja. Rasni diberitahu oleh kakak iparnya bahwa sebuah ledakan bom terjadi di sana. Mendengar kabar tersebut, tubuh Rasni langsung lemas. Seketika itu ia membayangkan, jika ledakan itu saja bisa menggetarkan rumahnya yang berjarak belasan kilometer dari tempat kejadian, sungguh betapa dahsyatnya ledakan itu.

Baca juga ”Saya Bersyukur Merasa Hidup Kembali”

Karena diliputi rasa penasaran, Rasni dan keluarga berusaha mencari tahu keberadaan suaminya, berharap masih selamat dari peristiwa itu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Keberadaan sang suami tak kunjung ditemukan. Baru pada tahun 2004, kakak ipar Rasni datang membawa amplop yang berisi serpihan tulang jenazah suaminya.

Aksi terorisme nyatanya telah merenggut kebahagiaan Rasni dan anak-anaknya. Walaupun begitu, ketangguhan Rasni mengalahkan semua kepedihan itu. Kini, ia aktif mengampanyekan perdamaian kepada masyarakat Indonesia. “Kekerasan dapat merusak orang lain dan sesama. Tanamkan cinta kasih di setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan kita. Semoga kita bisa merasakan cinta kasih untuk diri sendiri, keluarga, dan orang lain,” tegasnya.

Baca juga Supriyo Laksono, Bangkit Berkat Kehadiran Keluarga

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *