Berdamai Dengan Diri Sendiri
1 Oktober 2005 malam, Ni Nyoman Pasirini menjalankan aktivitas rutinnya sebagai pelayan Intansari Café yang bersebelahan dengan Nyoman Café. Ketika itu, suasana Café yang terletak di Pantai Jimbaran Bali itu begitu ramai. Sekitar 300 orang meriung di sana.
Ni Nyoman mendapatkan tugas melayani tamu dari Korea yang sedang berlibur di Pulau Dewata. Saat sedang mengambil minuman dari dapur Cafe, terdengar ledakan. Karena isu yang muncul adalah ledakan tabung gas dia mengabaikannya sembari tetap menjalankan tugas.
Ketika hendak menyuguhkan pesanan, Ni Nyoman melihat sosok lelaki yang berdiri sekitar 5 meter darinya menggunakan ransel dan jaket. Dia tak memiliki prasangka apa pun. Tak lama berselang, ledakan keras terdengar.
Baca juga Keikhlasan yang Berbuah Kedamaian
Dia baru menyadari bahwa kedua ledakan itu merupakan bom, bukan tabung gas. Awan hitam, pasir-pasir beterbangan bersamaan dengan suara keras tersebut. Ni Nyoman sangat takut dan menangis.
“Semua tamu yang berada di depan saya, tengkurap. Saya tidak bisa berlari, telinga saya sementara tidak berfungsi dengan baik,” ucapnya mengenang . Ni Nyoman merasakan bahwa gotri masuk ke dalam tangan kirinya, darah bercucuran. Seketika tangan Ni Nyoman pun membengkak.
Ni Nyoman dibawa ke area parkir dan baru sadar bahwa baju serta celananya robek dan bajunya penuh dengan daging manusia. Ia dibawa ke Rumah Sakit Sanglah, Bali dan langsung dilakukan penanganan. Dokter menuturkan bahwa terdapat gotri yang masuk dan berjalan, tidak menempel pada otot atau daging yang menyebabkan kesulitan untuk pengambilan benda asing tersebut. Ia menjalani operasi dan melakukan perawatan intensif selama 15 hari di RS. Sanglah.
Baca juga ”Saya Bersyukur Merasa Hidup Kembali”
Setelah kejadian tersebut, Ni Nyoman tidak bisa membawa beban yang berat, karena akan terasa ngilu. Selain itu, untuk membantu Ni Nyoman beraktivitas seperti sedia kala, ia mendapatkan bantuan dari LPSK, Pemda Bali, dan juga Kemensos dalam bantuan psikososial, beasiswa, serta modal usaha. Ia juga mengajukan bantuan medis, tetapi sampai saat ini bantuan tersebut belum turun dari negara.
Pascaserangan tersebut, ia mengaku trauma ketika melihat lelaki menggunakan ransel dan jaket. Sejumlah kerabat berinsiaitif melakukan upacara terhadap Ni Nyoman selama dua kali untuk mengembalikan jiwanya agar ikhlas menerima dengan apa yang telah terjadi.
Dengan tekad yang kuat, Ni Nyoman Pasirini memilih terlibat dalam kampanye perdamaian. Ia pertama kali mengikuti kegiatan AIDA dan berbagi pengalaman berbicara dalam Short Course Jurnalistik di Surakarta beberapa bulan lalu. Ni Nyoman berharap, media massa bisa memberitakan informasi yang baik, khususnya dalam kasus terorisme. Dengan terlibat dalam kegiatan ini, Ni Nyoman berharap bisa menyebarkan perdamaian pada diri sendiri dan juga lingkungannya.
Baca juga Supriyo Laksono, Bangkit Berkat Kehadiran Keluarga
2 Comments