Mengajak Korban Lain Memaafkan

Aliansi Indonesia Damai- Ledakan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela (GSMTB) Surabaya Mei 2018 silam menyimpan kenangan pahit bagi Desmonda Paramartha. Aktivis gereja tersebut menjadi korban ledakan saat ia dan teman-temannya yang tergabung dalam Orang Muda Katolik (OMK) tengah menggalang dana di halaman parkir gereja untuk kegiatan jambore OMK.

Masih teringat dalam benak Desmonda, pagi itu ia melihat sebuah sepeda motor berkecepatan cukup tinggi menyelonong masuk ke halaman gereja. Pengendaranya adalah dua orang laki-laki berpakaian serba hitam, mengenakan helm full face, serta membawa kardus di bagian tengah. Tak lama setelah itu ledakan terjadi. “Keadaan gereja berantakan. Kaca gereja di lantai dua pecah menjadi rerentuhan karena kerasnya suara ledakan,” ungkap Desmonda ketika menjadi narasumber dalam kegiatan AIDA di Malang awal Februari lalu.

Baca juga Berzikir untuk Kesembuhan

Akibat ledakan tersebut, Desmonda mengalami sejumlah luka di tiga bagian tubuh, yakni leher, betis, dan paha. Luka yang paling parah adalah di bagian pahanya. Rambutnya pun terbakar. Ia harus menjalani perawatan di rumah sakit selama lima hari dan dilanjutkan dengan check up rutin selama tiga bulan.

Peristiwa ledakan tersebut bukan hanya mengakibatkan luka fisik bagi Desmonda, melainkan juga menorehkan luka batin yang akan dikenang sepanjang hidupnya. Jiwa Desmonda sempat bergejolak hebat mempertanyakan mengapa harus dirinya dan “rumah Tuhannya” yang menjadi korban. “Saya merasa bahwa kami sebagai korban tidak pernah berbuat salah kepada pelaku. Sampai sekarang pun rasanya pertanyaan itu masih membingungkan karena tidak ada jawaban yang masuk akal,” tutur Desmonda.

Meski demikian, Desmonda memilih untuk bangkit dari rasa sakit. Tujuh hari setelah ledakan, Desmonda berusaha melawan ketakutannya dan tetap pergi ke gereja untuk melaksanakan misa. Ia ingin membuktikan bahwa dirinya kuat dan tak menyimpan rasa trauma.

Baca juga Berdamai Dengan Diri Sendiri

“Kalau ditanya tentang memaafkan, bagaimana caranya dan berapa lama mungkin bagi teman-teman proses saya begitu cepat. Puji Tuhan saya sudah mampu memaafkannya pada satu atau dua hari setelah kejadian.  Kenapa begitu cepat, karena kalau saya tidak memaafkan, para pelaku akan merasa senang. Mereka berhasil membuat dendam kepada mereka, biarkan mereka beristirahat dengan damai,” ungkapnya.

Desmonda merasa dirinya menjadi lebih tenang dan lega setelah memaafkan pelaku dan berdamai dengan keadaan. “Saya merasa lebih lega setelah memaafkan. Ayo kita sama-sama memaafkan, biarkan mereka beristirahat dengan tenang. Memang memaafkan itu tidak mudah dilakukan tapi pelan-pelan pasti bisa memaafkan. Saya tahu bahkan sampai sekarang ada teman yang tidak bisa memaafkan. Jika Tuhan saja mampu memaafkan, kenapa kita tidak,” pesan Desmonda. [LADW]

Baca juga Wenny Angelina Tegar Walau Bom Telah Renggut 2 Anaknya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *