Pertobatan Mantan Ekstremis: Makin Menjadi di Balik Jeruji (Bagian 3)

Aliansi Indonesia Damai- Dinginnya jeruji besi tak lantas membuat Mukhtar Khairi ciut nyali. Ideologinya malah kian menguat. Pasalnya Mukhtar menghuni blok yang diisi oleh beberapa narapidana terorisme yang ideologinya sangat ekstrem. Dalam perkembangannya, beberapa orang rekan bloknya itu berbaiat dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Kelompok tersebut masyhur memiliki pemahaman dan tindakan yang sangat ekstrem, termasuk aksi-aksi pengeboman.

Mukhtar sempat mendekam di Rutan Polda Metro Jaya sebelum dipindahkan ke Lapas Cipinang. Di kedua tempat itu, Mukhtar berada satu blok bersama Aman Abdurrahman, tokoh intelektual yang dituding berada di balik beberapa aksi terorisme mutakhir di Indonesia. Aman rajin menyebarkan ajaran tokoh-tokoh ekstremis Timur Tengah. Mukhtar Khairi pun mendapatkan doktrin baru tentang jihad ala ISIS dari ceramah-ceramah Aman.

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis: Berawal Dari Pengajian Eksklusif (Bagian 1)

Mukhtar juga mendapatkan pengetahuan mengenai jenis-jenis senjata baru, merakit senjata laras panjang dan laras pendek serta diajari cara membaca peta konflik. Ia bahkan belajar teori merakit bom dan taktik infantri.  Oleh Aman, Mukhtar dikader untuk menjadi pemimpin bagi narapidana terorisme (Napiter) lainnya.

Mukhtar dianggap layak menjadi salah satu pemimpin ISIS karena memiliki pengetahuan agama yang lebih mendalam dibanding beberapa Napiter lainnya . Karena itu Mukhtar diminta oleh Aman memberikan pengajian kepada para ikhwan di dalam penjara. Tak jarang Mukhtar diminta menjadi imam shalat menggantikannya. Mukhtar pun rutin mengajari Napi lain  membaca al-Quran, bahkan memberikan ceramah agama kepada para ikhwan. “Di penjara saya jadinya lebih ekstrem,” terangnya dalam salah satu kegiatan AIDA.

Di dalam jeruji, sebenarnya Napiter terbelah dua. Ada yang mendukung pemikiran ekstrem ala ISIS, namun ada pula yang menolak lantaran dinilai terlalu berlebihan (ghuluw). Interaksi intensif dengan Aman menjadikan Mukhtar masuk dalam kelompok pertama.

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis: Terlibat Pelatihan Militer (Bagian 2)

Selama menjalani hukuman penjara, sikap Mukhtar berubah drastis. Tidak hanya menganggap negara berlaku zalim terhadap umat Islam, ia pun berani mengkafirkan para pemimpin lembaga-lembaga negara. Bahkan kedua orang tua dan saudara-saudaranya sendiri ia kafirkan lantaran dinilai mengakui keberadaan negara thaghut. Mukhtar enggan mendoakan orang tuanya, terutama ibunya yang telah meninggal dunia sebab meragukan keislaman mereka.

Mukhtar mengkafirkan ayahnya yang mengajar di Universitas Bung Karno (UBK) Jakarta. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, dianggap sebagai pemimpin partai nasionalis yang dalam pandangan Mukhtar merupakan partai kafir. Seseorang yang mengajar di lembaga kafir maka orang tersebut termasuk golongan kafir. Mukhtar pun mulai meremehkan orang lain yang tidak segolongan dengannya. Ia merasa paling benar dan paling baik, sementara orang dan kelompok lain salah. Pandangan takfiri ala ISIS menancap kuat di dalam benaknya. (Bersambung)

Baca juga Mukhtar Khairi, Makin Mantap Meninggalkan Ekstremisme Setelah Bertemu Korban

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *