12/07/2020

Dialog Pelajar Bukittinggi dengan Mantan Ekstremis

Aliansi Indonesia Damai- Dalam beberapa tahun terakhir AIDA menggelar kampanye perdamaian untuk kalangan pelajar di berbagai wilayah. Salah satu daerah yang dikunjungi AIDA adalah Bukittinggi, Sumatera Barat. Tim perdamaian yang terdiri dari unsur mantan pelaku ekstremisme kekerasan dan korban terorisme berbagi kisah ketangguhan.

Mantan pelaku yang dihadirkan adalah Iswanto. Ia berbagi pengalaman hidup kepada sekitar 50 siswa di setiap sekolah di kota itu. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk Dialog Interaktif “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” memberikan kesempatan kepada peserta untuk berdialog dengan Iswanto. Redaksi merangkum dialog para pelajar Bukitinggi dengan Iswanto.

Baca juga Komitmen Damai Pelajar SMK PGRI Wajak Malang

Siswa SMAN 1 Bukittinggi: Sebenarnya apa yang menjadi tujuan dari organisasi bapak dan apa yang membenarkan aksi terorisme tersebut?

Iswanto: Pertama, yang menyebabkan saya bergabung dengan kelompok ekstremisme, karena apa yang ditanamkan kepada saya dulu adalah ingin menjadikan negara ini negara Islam (Khilafah), meskipun caranya dipaksakan dengan kekerasan. Kedua, bentuk pembalasan (atas kezaliman terhadap) kaum muslimin yang ada di luar negeri pada waktu itu, mau dibalaskan di negeri kita ini. Meskipun dampaknya sangat besar daripada hasilnya. Ketiga, Undang-Undang yang dibuat manusia dianggap menggantikan hukum dari Tuhan. Itulah yang membuat aksi tersebut tidak pernah memikirkan sampai sejauh mana dampaknya pada masyarakat. Padahal kalau baca sejarah, Rasulullah sangat memperhatikan dampak kebaikan bagi masyarakat.

Baca juga Berbagi Kisah Pertobatan Mantan Teroris di SMAN 1 Kraksaan

Siswa SMAN 4 Bukittinggi: Kenapa ada orang Islam juga menjadi korban aksi terorisme tersebut?

Iswanto: Simpelnya untuk semua kasus bom di seluruh Indonesia, baik bom Bali maupun bom yang lain, kelompok ekstremisme ingin berbuat aksi balas dendam terhadap kaum muslim di luar negeri lalu membalas di Indonesia. Meskipun di situ ada orang Islamnya juga. Jadi ketika mereka tahu ada korban dari orang Islam, sebagian dari mereka baru ada yang sadar. Mulai berpikir ulang tentang yang mereka lakukan.

Baca juga Penyintas Bom Menginspirasi Siswa SMK Turen Malang

Siswa SMAN 2 Bukittinggi: Bapak telah menyadari apa yang bapak lakukan. Bagaimana bisa bapak menyadari hal tersebut, apa karena orang lain atau diri bapak? Apa ada penyesalan?

Iswanto: Kesadaran saya dari guru saya dahulu (lebih dahulu bertobat) dan belajar lagi, kemudian saya bertemu korban. Saya mendengarkan kisah-kisahnya. Jadi berubah pikiran saya dan sadar, tentu saya pun mengalami penyesalan dan banyak risikonya, seperti dibenci oleh teman-teman lama saya dulu. Akan tetapi tidak apa-apa, saya punya teman baru seperti AIDA. Itu semua wujud dari penyesalan saya.

Baca juga Pesan Antikekerasan Pelajar Bukittinggi

Siswa SMAN 3 Bukittinggi: Bagaimana cara kami, pemuda-pemuda ini mengetahui kelompok bapak dahulu? Mengantisipasi agar tidak ada hal-hal negatif, seperti ekstrem tadi?

Iswanto: Kelompok ekstrem merekrut anak-anak muda. Cara paling mudah yang sering direkrut adalah anak muda yang punya semangat tinggi, labil, pintar, dan sangat pintar dipengaruhi dengan iming-iming surga. Kalau misalnya diarahkan untuk mengaji, hampir dan rata-rata mengajinya itu mengarah kepada kekerasan, bukan kepada amalan-amalan tabligh ibadah. Kemudian kadang anak sekolah, ditanamkan kalau pelajaran PKN (pendidikan kewarganegaraan) dan upacara bendera diminta untuk tidak ikut. Apalagi kalau orang tua kamu pegawai negeri, pasti akan diminta dimusuhi. Karena kelompok ini sangat benci terhadap pemerintahan.

Baca juga Cerdas Bermedia Sosial

Siswa SMAN 5 Bukittinggi: Bagaimana kiat dari bapak menghindari ekstremisme?

Iswanto: Ini termasuk membentengi diri dari kelompok kekerasan. Pertama ilmu agama yang sempurna, dipelajari dengan benar, karena kelompok ini semua mengatasnamakan agama. Kedua, bergaul dengan orang yang tidak suka kekerasan, tidak suka menganggap dirinya paling benar. Kalau ikut pengajian ambil yang baik-baik. Ketiga, jangan hanya bermodal semangat saja tanpa ilmu yang baik. Orang punya semangat saja tanpa didasari ilmu akan mudah diajak oleh mereka. Keempat, isilah berkegiatan yang bermanfaat dan tidak kosong yang akhirnya diisi oleh orang lain. [MSH]

Baca juga Pesan Damai Kepala SMA Hasyim Asy’ari Batu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *