Inspirasi Damai untuk Petugas Nusakambangan
Aliansi Indonesia Damai – Tim Perdamaian AIDA membagikan pengalaman hidupnya secara daring kepada petugas pemasyarakatan Nusakambangan, Rabu (30/9/2020). Puluhan peserta yang berasal dari Bapas Nusakambangan, enam Lapas di Nusakambangan, serta perwakilan Ditjen Pemasyarakatan menyimak penuturan korban Bom Bali 2005, Ni Kadek Ardani, dan mantan narapidana terorisme, Kurnia Widodo.
Dalam kegiatan Webinar Penguatan Perspektif Korban Bagi Petugas Pemasyarakatan ini, Kadek Ardani cukup detail mengisahkan musibah yang menimpanya 15 tahun silam, perjuangan pemulihannya, hingga mampu bangkit dan aktif mengampanyekan perdamaian bersama AIDA. Ketika terjadi serangan bom pada 1 Oktober 2005, Kadek sedang bekerja sebagai pelayan di Menega Café Pantai Jimbaran Bali. Ia hanya berjarak 15 meter dari titik ledakan.
Baca juga Kisah Korban Inspirasi Petugas Pemasyarakatan
Akibat dari ledakan tersebut, ia mengalami cedera di pipi kiri, pundak kiri, serta paha kirinya. Ia tak lama menjalani perawatan di rumah sakit. Namun sebulan setelahnya, ia merasakan ada benjolan di bawah ketiak kiri. Dari hasil pemeriksaan medis, ternyata itu adalah serpihan gotri. Belasan tahun ia membiarkannya bersarang di dalam tubuh sembari tetap melakoni aktivitas normal. “Baru tahun 2019 kemarin saya melakukan operasi pengangkatan gotri. Sekarang masih melakukan kontrol rutin,” ucapnya.
Selain cedera fisik, Kadek sempat mengalami trauma cukup lama akibat peristiwa ledakan itu. Namun ia terus berusaha melawannya. Ia memilih memanfaatkan kesempatan hidupnya untuk menebar kasih. “Cintai dan sayangilah sesama manusia, apa pun latar belakangnya,” ujar Kadek.
Baca juga Beban Ganda Korban Terorisme
Sementara Kurnia Widodo menceritakan sepak terjangnya di dunia ektremisme sejak duduk di bangku SMA, ditangkap karena merakit bom, bertobat, dan bergabung dengan Tim Perdamaian AIDA. “Agama mengajarkan nasihat yang baik dan penuh kelembutan. Islam masuk ke Indonesia dengan cara yang seperti itu, bukan dengan pengeboman,” kata Kurnia.
Suwandi, peserta dari Lapas Besi, mengaku sangat terkesan dengan kisah yang disampaikan oleh Tim Perdamaian AIDA. “Ada beberapa pesan sangat menginspirasi bagi kemanusiaan. Dari Pak Kurnia menyampaikan bahwa agama menganjurkan kebaikan dan jangan berpikir sempit. Sedangkan dari Bu Kadek, saya sangat tertarik sekali karena beliau bukan melihat dari latar belakang manusia. Dia sangat mulia, berjiwa sangat legowo. Kita harus tetap berpacu pada kebaikan,” katanya. [LADW]
Baca juga Menjadi Pribadi Bermanfaat