08/10/2020

Jalan Panjang Kebangkitan Korban Bom Bali 2002: Penyembuhan Luka (Bagian I)

Aliansi Indonesia Damai- Oktober 19 tahun silam, Pulau Dewata diguncang oleh bom berkekuatan dahsyat. Tercatat setidaknya 202 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami cedera fisik. Di antara korban luka adalah I Gede Budiarta, pelayan di Sari Club Kuta Bali, kala itu. Akibat peristiwa tersebut, ia mengalami luka bakar hampir di sekujur tubuhnya.

Malam itu, seperti biasa Gede bertugas menyiapkan minuman untuk tamu-tamu yang berdatangan di Sari Club. Malam semakin larut, pengunjung justru kian banyak. Sekitar jam 11 malam, ia mendengar suara ledakan yang sangat kencang dari arah selatan tempat ia bekerja. Gede berpikir itu adalah Gardu Listrik yang meledak. Belakangan ia mengetahui bahwa sumber suara adalah bom yang meledak di Paddy’s Club.

Baca juga Kekerasan Tidak Menyelesaikan Masalah

Para tamu dan karyawan Sari Club berhamburan keluar untuk melihat situasi. Namun sesaat berikutnya, bom kedua meledak. Gede tak lagi bisa mengingat apa yang terjadi. Ia baru menyadari telah menjadi korban bom 10 hari setelah peristiwa. Ia siuman di ranjang Rumah Sakit Sanglah Denpasar dan mendapati tubuhnya penuh perban. Dari informasi dokter, kedua tangan dan kakinya mengalami luka bakar, besi pagar tanaman sempat menancap di paha kirinya sedalam 5 sentimeter.

Ia bersyukur masih selamat. Padahal posisinya hanya sekira 3 meter dari titik ledakan. Dari keluarganya, Gede mengetahui bahwa dirinya sempat diletakkan bersama puluhan jenazah korban lantaran diperkirakan sudah meninggal dunia. Beruntung, ayahnya yang datang dari kampung asalnya di Singaraja mencari keberadaannya di RS Sanglah setelah mendengar kabar ledakan.

Baca juga Karena Dendam Tak Boleh Diwariskan

Gede menjalani perawatan selama 2 bulan di RS. Ia harus menjalani operasi kulit sebanyak 6 kali untuk menyembuhkan luka bakarnya dan satu kali operasi telinga untuk mengembalikan pendengarannya. Meski demikian operasi yang ia jalani ternyata belum bisa membuat kondisinya pulih. Gede terpaksa harus dirujuk ke salah satu rumah sakit di Australia, untuk menjalani operasi pada telinganya.

“Setelah operasi, telinganya sampai borok, nggak sembuh-sembuh, lalu dikirim ke Australia. Di sana, (dokter: red) kaget, karena ternyata di sini penanganannya kurang bagus. Di sana dipermak lagi telinganya, tapi ga bisa lagi diselamatkan karena (gendang: red) telinga sudah pecah,” ujar Gede.

Baca juga Menyembuhkan Luka Batin Anak Korban Bom

Kini, Gede hanya bisa mendengar dengan telinga kanannya. Ia masih sering merasakan sakit di telinganya ketika harus bepergian ke dataran tinggi. Telinganya kerap berdengung dan mengeluarkan cairan. Meski telinga kirinya gagal diselamatkan, Gede tetap bersyukur operasi kulit yang ia jalani cukup berhasil.

Alhamdulillah, atas saran dokter untuk tidak makan yang berlemak dan makan sesuai anjuran dokter, operasi (kulit: red) saya hasilnya lebih bagus dari yang lainnya,” kata Gede sembari tersenyum dalam salah satu kegiatan virtual AIDA belum lama ini. (Bersambung)

Baca juga Penyintas Bom Bali Menjadi Ibu Sekaligus Bapak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *