Menguatkan Karakter Melalui Kisah Penyintas Bom
Aliansi Indonesia Damai- Kisah kehidupan para korban terorisme syarat akan makna ketangguhan. Kisah mereka diharapkan mampu menjadi pembelajaran sekaligus inspirasi bagi kalangan muda, terutama untuk menguatkan karakter dan membangun generasi muda yang lebih peduli terhadap perdamaian.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif AIDA, Riri Khariroh, dalam kegiatan Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang digelar AIDA, Kamis (14/10/2021) lalu. Kegiatan diikuti oleh puluhan siswa perwakilan dari SMAN 5, SMAN 6 dan SMAN 7 Kota Serang, Banten.
Baca juga Dialog Pelajar Serang dengan Penyintas Bom Kampung Melayu
Dalam sambutannya Riri menekankan bahwa paham ekstremisme masih rentan bagi kalangan muda. Untuk itu, kegiatan tersebut diharapkan mampu menguatkan karakter tangguh generasi muda dan membangun kesadaran bersama untuk mewujudkan Indonesia yang lebih damai. “Kami berharap kegiatan ini menumbuhkan generasi muda yang tangguh dan Indonesia menjadi lebih damai,” kata perempuan lulusan Ohio University itu.
Nilai-nilai ketangguhan itu dapat diambil dari kisah hidup penyintas terorisme yang mampu bangkit dari segala keterpurukannya. Para penyintas kehilangan orang-orang terkasih dan tulang punggung keluarga mereka, sebagian yang lain mesti menderita akibat luka-luka, bahkan menjadi disabilitas seumur hidup. Meski begitu, mereka mampu bangkit dan kembali melanjutkan kehidupan. “Siswa-siswi dapat belajar dan mengambil inspirasi dari kisah-kisah mereka,” kata Riri.
Baca juga Dialog Pelajar Malang dengan Mantan Napiter
Dalam kegiatan itu hadir salah seorang penyintas Bom Kuningan 2004, Nanda Olivia Daniel. Sembari terisak tangis, Nanda berbagi kisah tentang salah satu momen paling berat bagi kehidupannya. Kala itu ia hanya seorang mahasiswa yang tak tahu menahu tentang tujuan pelakunya. Namun siapa sangka, Nanda yang sedang melintas di sekitar lokasi, justru menjadi korban yang harus menanggung luka fisik sekaligus psikis.
Berkat dukungan sang ibu dan keluarganya, Nanda mampu bangkit dan mampu menghadapi berbagai ujian itu. Ia bahkan mengaku telah memaafkan pelakunya, sebab dia berpikir dendam tidak akan mengubah apa pun, kecuali hanya membuatnya semakin menderita. “Pada akhirnya saya bisa bersalaman dan saling memaafkan dengan mantan pelaku,” ujar perempuan kelahiran Depok, Jawa Barat itu.
Baca juga Dialog Pelajar Malang dengan Penyintas Bom Bali
Selain Nanda juga hadir narasumber dari mantan pelaku yang telah insaf, yaitu Mukhtar Khairi. Ia juga berbagi kisah tentang pengalamannya terjebak dalam kelompok ekstrem sampai titik balik pertobatannya. Mukhtar berpesan kepada generasi muda agar menjauhi pengajian-pengajian tertutup. Sebab dari pengajian eksklusif, dirinya terpapar paham ekstrem.
Ia juga mengajak generasi muda untuk lebih bersemangat dalam menuntut ilmu. Sebab, menuntut ilmu termasuk jihad dalam ajaran Islam. “Jihad bukan hanya bermakna perang, tetapi juga mencari ridha Allah, mencari ilmu, mengajak orang menerima Islam dengan cara damai, dan bukan dengan cara-cara kekerasan,” ujar pria yang kini bergabung dengan komunitas Rudalku (Rumah Daulat Buku) itu.
Baca juga Kemendikbud: Generasi Muda Jangan Terseret Ekstremisme
Kegiatan ini digelar AIDA bekerja sama dengan Kemendikbud dan Ristek. Kegiatan itu diharapkan mampu memupuk dan menguatkan karakter generasi muda serta mencegah pemuda terpapar ideologi kekerasan. [AH]
Baca juga Pesan Perdamaian Pelajar Malang (Bag. 1)