Dialog Pelajar Serang dengan Penyintas Bom Kampung Melayu
Aliansi Indonesia Damai – Sebanyak 54 pelajar SMA di Kota Serang, Banten, mengikuti kegiatan Dialog Interaktif Virtual “Belajar Bersama Generasi Tangguh” pada Selasa (12/10/2021). Kegiatan ini merupakan kerjasama AIDA dengan Kemendikbud Ristek. Kegiatan diikuti secara daring oleh perwakilan siswa SMAN 2, SMAN 3, dan SMAN 4 Kota Serang.
Salah satu narasumber yang dihadirkan untuk memberikan inspirasi ketangguhan adalah Nugroho Agung Laksono, penyintas bom Kampung Melayu 2017. Pemuda yang akrab disapa Agung ini menjadi korban saat sedang beristirahat setelah seharian bekerja sebagai sopir angkutan umum.
Baca juga Dialog Pelajar Malang dengan Mantan Napiter
Ketika mendengar suara ledakan, Agung mengira bahwa itu bukanlah bom melainkan ban bus Transjakarta atau tabung gas LPG yang meledak. “Selang beberapa menit ada bapak polisi menggendong perempuan sambil berteriak minta tolong, akhirnya saya samperin. Banyak darah di bahu belakang perempuan itu. Akhirnya saya bantu nyetop mobil untuk dibawa ke rumah sakit,” kata Agung.
Karena penasaran, Agung mencoba mencari tahu sumber ledakan. Ketika menuju sumber ledakan, ia melihat polisi yang terkapar. Ia hendak menolongnya. Nahas, ledakan kedua terjadi. “Saat itu saya langsung berlari, tapi selang berapa meter kaki saya sakit dan pandangan mata saya kabur. Ternyata kaki saya sudah robek,” lanjutnya.
Baca juga Dialog Pelajar Malang dengan Penyintas Bom Bali
Akibat peristiwa tersebut, Agung harus menjalani operasi karena cedera pada kakinya. Dokter memintanya untuk dirawat di rumah sakit lebih lama setelah operasi, namun ia menolaknya.
“Saya dulu berhenti sekolah, hanya sampai kelas 4 SD untuk membantu ibu. Kalau saya berlama-lama di rumah sakit, saya nggak bisa bantu ibu. Makanya saya maksa minta pulang,” kata Agung.
Agung akhirnya diperbolehkan untuk pulang dengan syarat tetap memakai tongkat selama 6 bulan. “Tidak sampai 6 bulan, alhamdulillah saya sudah bisa jalan. Saya langsung kembali bekerja sebagai sopir angkutan umum,” katanya.
Baca juga Kemendikbud: Generasi Muda Jangan Terseret Ekstremisme
Kisah Agung mendapat respons dari sejumlah siswa yang mengikuti kegiatan dialog. Di antaranya adalah siswi SMAN 2 Serang. Ia menanyakan trauma yang mungkin dihadapi Agung dan cara menghadapinya.
Agung mengatakan bahwa dalam proses penyembuhan lukanya ia terus menumbuhkan rasa keyakinan bahwa ia akan sembuh. “Awalnya trauma karena pas baru pertama bisa jalan, saya langsung narik jadi sopir angkutan lagi di lokasi ledakan. Setiap dengar suara ledakan saya pasti takut. Tapi setelah saya pikir lagi, kalau saya takut terus, trauma saya nggak akan hilang, makanya saya lawan karena saya harus membantu orang tua saya dan menafkahi adik saya yang masih sekolah,” kata Agung.
Baca juga Pesan Perdamaian Pelajar Malang (Bag. 1)
Selanjutnya, ada juga pertanyaan tentang perasaan Agung saat dipertemukan dengan mantan pelaku terorisme. Dalam kegiatan ini, hadir pula mantan teroris yang telah bertobat, yaitu Kurnia Widodo.
“Awalnya saya sempat takut, tapi ternyata setelah berbagi cerita dan bersama-sama waktu itu dengan Tim AIDA, ternyata mereka orang baik dan memang mau bertobat. Allah saja mau memaafkan, kita juga harus bisa memaafkan,” ujarnya. [LADW]
Baca juga Buah Kesabaran Penyintas Bom