Dialog Penyintas Bom Kuningan dengan Siswa SMAN 5 Tasikmalaya
Aliansi Indonesia Damai- AIDA menghadirkan penyintas Bom Kuningan 2004, Sutarno, sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan “Dialog Virtual Interaktif: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” di SMAN 5 Tasikmalaya, November lalu. Sutarno berbagi kisah ketangguhannya sebagai penyintas bom.
Sutarno mengisahkan, saat serangan itu terjadi ia sedang menjadi kuli bangunan di Rumah Sakit MMC Jakarta Selatan. Lokasinya tak jauh dari pusat ledakan di depan kantor Kedutaan Besar Australia, jalan HR Rasuna Said Jakarta. Pagi menjelang siang Sutarno hendak mencari sarapan di bawah gedung RS MMC. Tiba-tiba terdengar ledakan keras. Serpihan-serpihan kaca gedung RS MMC menimpa dirinya.
Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Tasikmalaya (Bag. 1)
“Saat ledakan, kaca runtuh dan mengenai sekujur tubuh saya. Saya seperti kehujanan runtuhan kaca. Ada yang menancap di punggung saya. Dan untuk menahan rasa sakit, saya tersungkur di atas tanah,” ucap pria asal Wonogiri ini.
Akibat kejadian tersebut, Sutarno mengalami luka di sekujur tubuhnya. Bukan hanya itu, ia juga mengalami trauma. Selama berbulan-bulan kondisi psikisnya memburuk dan mudah emosi. Sutarno pun akhirnya mencoba untuk melakukan konseling. Berkat dukungan keluarga dan kerabat dekatnya, perlahan Sutarno mulai berdamai dengan keadaan. Ia bahkan telah memaafkan pelaku. Tak hanya itu, Sutarno pun melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana jurusan pendidikan guru MI agar bisa menjadi guru.
Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Tasikmalaya (Bag. 2)
Tak kurang dari 54 siswa mengikuti dengan khidmat kisah yang diceritakan Sutarno. Usai Sutarno berkisah, beberapa pertanyaan muncul. Salah satu peserta menanyakan apa yang akan dilakukan Sutarno seandainya yang melakukan pengeboman adalah muridnya sendiri.
Sutarno menegaskan, dia akan melakukan pendekatan persuasif untuk mengarahkan dan memberikan wawasan kepada pelaku tersebut. “Yang jelas saya pasti akan memaafkan karena manusia tidak luput dari kesalahan. Tiap hari dia akan saya berikan wawasan, agar dia sadar apa yang dilakukannya mengakibatkan korban-korban yang tidak berdosa. Saya tidak akan membenci murid tersebut. Saya akan merangkul dan memperbaiki yang dia lakukan supaya kembali ke jalan yang benar,” katanya.
Baca juga Generasi Muda Tangguh dari Ekstremisme
Di akhir sesi seorang siswi mengambil pelajaran berharga dari kisah Sutarno. “Saya diajarkan untuk bisa memaafkan orang lain. Gak ada salahnya memaafkan meski kita terluka. Saya juga belajar supaya berpikir positif pada semua yang diberikan Tuhan. Karena hal baik pasti akan terjadi di kemudian hari,” ujar siswi tersebut. [LADW]
Baca juga Dialog Siswa SMAN 1 Manonjaya dengan Mantan Napiter