03/01/2022

Dialog Siswa SMAN 1 Manonjaya dengan Penyintas Bom Bali

Aliansi Indonesia Damai – Ni Kadek Ardani, penyintas Bom Bali 2005, menjadi salah satu narasumber dalam kampanye perdamaian bertajuk “Dialog Interaktif Virtual: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh”. Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama AIDA dengan SMAN 1 Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, akhir tahun 2021 lalu. Sebanyak 49 siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini.

Kadek membagikan kisahnya saat menjadi korban dalam peristiwa ledakan 1 Oktober 2005 silam. Saat itu, ia sedang bekerja sebagai pramusaji di Menega Café, Pantai Jimbaran, Bali. Posisi Kadek hanya berjarak 15 meter dari sumber ledakan.

Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Serang (Bag. 1)

Akibat peristiwa nahas itu, Kadek mengalami cedera pada pipinya, pahanya sobek, dan beberapa gotri dan material bom bersarang di tubuhnya. Bahkan 14 tahun setelah kejadian bom itu, tepatnya di tahun 2019, Kadek baru menjalani operasi lanjutan karena masih ada sisa gotri yang bersarang di ketiaknya.

Salah seorang peserta bertanya kondisi di kawasan tempat kejadian setelah ledakan terjadi dan apakah tidak ada ketakutan dalam diri Kadek setelah menjadi korban Bom. Kadek menjawab, selama beberapa bulan aktivitas di sana lumpuh karena lokasi perlu disterilkan untuk keperluan penyidikan dan keamanan. “Teman-teman saya tidak bekerja karena lokasi juga perlu diupacarai (didoakan: red). Saya juga waktu itu tidak bekerja selama 8 bulan,” kata Kadek.

Baca juga Dialog Penyintas Bom Kuningan dengan Siswa SMAN 5 Tasikmalaya

Selama 8 bulan tidak bekerja, Kadek harus menjalani perawatan sekaligus mengikis traumanya. Akibatnya, kondisi ekonomi keluarganya memburuk. “Waktu itu saya hanya mengandalkan dari kakak dan keluarga saya,” ujar Kadek.

Kadek mengaku, ia juga mengalami ketakutan untuk kembali beraktivitas di luar rumah. Pikirannya dibayangi was-was jika peristiwa bom terjadi lagi. “Karena kondisi saya masih trauma jadi berpengaruh pada kesehatan saya. Bahkan saat awal saya memberanikan diri untuk bekerja kembali, kesehatan saya tidak stabil. Seminggu saya bekerja, seminggu lagi saya sakit. Masih takut,” katanya.

Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Tasikmalaya (Bag. 1)

Ia bersyukur berkat konseling psikis dan dukungan keluarga, kondisinya berangsur membaik. Kadek mulai bangkit dan mengikis traumanya. Kini Kadek berwirausaha. Ia membuka warung makanan untuk menyambung kehidupan keluarganya.[LADW]

Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Tasikmalaya (Bag. 2)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *