Tajuk Idul Fitri
Menjadi Pribadi Pemenang
Pada Hari Raya Idul Fitri umat Islam disebut mencapai kemenangan. Setiap individu diibaratkan baru tiba kembali dari gelanggang pertarungan. Yang dilawan dalam duel tak lain adalah keburukan, segala dorongan nafsu dan setan yang menjauhkan dari keridaan Tuhan.
Kemenangan gemilang yang diraih termanifestasikan menjadi ketakwaan dalam diri. Yakni, kepatuhan puncak kepada Tuhan dengan menjalankan perintah dan menghindari larangan. Pemenang yang bertakwa juga senantiasa merasakan pengawasan Tuhan, dan dari itu hidupnya diliputi kedamaian sebagai rahmat dan karunia-Nya.
Baca juga Obituari Buya Syafi’i: Selamat Jalan, Sang Pencerah!
Perjalanan umat mengarungi pertarungan di bulan Ramadhan hingga meraih kemenangan pada momen Idul Fitri sarat akan hikmah dan ‘ibroh, pembelajaran berharga. Sebulan berpuasa mengajarkan manusia tentang empati, kemampuan emosional untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat fakta dari sudut pandang orang lain, serta pandai menempatkan diri di posisi orang lain dalam konteks tertentu.
Puasa juga mendidik untuk menahan diri (imsak). Yang ditahan tidak sekadar nafsu untuk mengonsumsi hanya yang halal semata. Lebih dari itu, orang beriman dituntut untuk aktif mengekang fisik dan pikirannya dari hal yang berpotensi menyengsarakan atau bahkan merusak, baik diri sendiri maupun pihak lain.
Baca juga Mendorong Peningkatan Rehabilitasi Medis dan Psikologis Korban
Dalam konteks pembangunan perdamaian, nilai-nilai yang diajarkan puasa sedikit banyak tergambar dalam interaksi korban dan mantan pelaku terorisme.
Keberadaan penyintas dengan segala luka dan derita yang dialami menjadi gambaran nyata betapa keserakahan manusia yang tak mampu menahan diri berdampak mafsadat yang amat menghancurkan. Pun demikian kesaksian mantan pelaku terorisme. Pertobatan mereka membongkar sebagian fakta begitu serampangannya klaim agama yang mereka buat atas perilaku mereka yang kelewat batas (ghuluw).
Baca juga Peringatan Bom Bali: Momentum Penguat Persaudaraan
Di balik itu semua, sebagian penyintas dan sebagian mantan pelaku terorisme telah menempuh sebuah jalan yang mengandung ‘ibroh yang teramat luhur bagi umat. Mantan pelaku telah mengakui kesalahan, meminta maaf kepada para korban, kemudian berupaya untuk memperbaiki kerusakan demi kerusakan yang pernah diperbuatnya.
Bisa dikatakan, para mantan pelaku sedang mengupayakan kesempurnaan tobat seperti yang diterangkan dalam QS. Ali Imran: 135. “Dan, orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosa mereka. Dan, siapakah yang bisa mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan, mereka tidak meneruskan apa yang mereka perbuat, sedang mereka mengetahui.”
Baca juga Memastikan Kehadiran Negara bagi Korban
Sementara itu, sebagian korban terorisme telah menampilkan teladan akhlak yang luar biasa. Mereka tak hanya telah mengikhlaskan tindakan keji para pelaku yang membuat mereka menjadi cacat seumur hidup atau mengambil nyawa orang terkasih. Para korban bahkan tegar berdiri bersama mantan pelaku demi menyuarakan perdamaian kepada khalayak luas.
Akhlak para korban yang alih-alih mendendam atau membalas dengan perbuatan setimpal namun malah memaafkan pelaku, menyiratkan kesempurnaan maaf yang termaktub dalam Al-Qur’an. Disebutkan dalam QS. As-Syura: 40, “Dan, balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Namun, siapa yang memaafkan dan berbuat baik (kepada yang menimpakan kejahatan) maka ganjarannya menjadi tanggungan Allah. Sungguh Ia tidak menyukai orang-orang yang zalim.”
Baca juga Tantangan Baru Perlindungan Korban Terorisme
Korban dan mantan pelaku mencontohkan praktik silaturahmi sesama anak bangsa demi menjaga perdamaian. Secara logika, kecenderungan yang terjadi di antara dua pihak tersebut adalah permusuhan. Namun, sekali lagi, korban dan mantan pelaku menunjukkan bahwa mereka jauh melampaui perhitungan benar-salah atau ganjaran-hukuman. Mereka justru menjalin persaudaraan.
Tak berlebihan bila dikatakan mereka keluar dari peristiwa terorisme sama-sama sebagai pemenang. Semoga kita bisa meneladani sikap dan jiwa pemenang para penyintas dan mantan pelaku terorisme, sehingga perdamaian di Tanah Air akan senantiasa lestari. Selamat Idul Fitri 1444 Hijriah.
Baca juga Menyegerakan Kompensasi Korban Masa Lalu