Silaturahmi Perdamaian di Lombok
Akhir Juni 2024 lalu menjadi salah satu momen penting dalam upaya melestarikan perdamaian di negeri ini. AIDA melaksanakan silaturahmi lintas gerakan yang dikemas dalam kegiatan Pelatihan Pembangunan Perdamaian di kalangan Tokoh Agama, pada 29-30 Juni lalu di Mataram Nusa Tenggara Barat. Puluhan tuan guru, kiai, asatiz, dan asatizah dari beberapa ormas keislaman di pulau Lombok hadir dalam kegiatan tersebut.
AIDA mempromosikan perdamaian melalui pendekatan ibroh atau belajar dari kisah korban dan mantan pelaku terorisme. Dua mantan pelaku terorisme dan tiga orang korban bom dihadirkan untuk berbagi kisah dan pembelajaran hidup. Dua narasumber ahli jaringan dan gerakan Islam kontemporer juga dihadirkan untuk memerkuat materi-materi ibroh tersebut.
Filosofi nusroh
Dalam ikhtiar melestarikan perdamaian, AIDA berlandaskan atas filosofi nusroh. “Apa itu nusroh? unshur akhoka dzaliman au madzluman, (tolonglah saudaramu yang zalim dan yang dizalimi),” demikian Hasibullah Satrawi mengutip hadis Nabi Muhammad.
Menurut Hasib, sapaan akrab Hasibullah Satrawi, pihak yang zalim adalah mereka yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam aksi-aksi kekerasan. Bisa saja niat pelaku baik yaitu berjihad di jalan Allah untuk memerjuangkan cita-cita agama yang luhur seperti keadilan dan kebaikan.
Baca juga Menggencarkan Diplomasi Kemanusiaan
“Namun cara yang mereka tempuh, baik pada dimensi pemahaman dan ideologi hingga aksi gerakan telah menjerumuskan banyak kesengsaraan baik di kalangan korban maupun pelaku sendiri,” ujarnya.
Lebih lanjut Hasib menjelaskan bahwa pihaknya telah menjembatani silaturahmi antara korban bom dengan para mantan pelaku terorisme. Para korban mempunyai semangat untuk memaafkan para pelaku, sedangkan para pelaku, juga sadar akan perbuatan di masa lalu dan tidak sungkan untuk meminta maaf. “Hampir tidak ada di antara mereka yang tidak minta maaf kepada para korban, hampir tidak ada,” ujarnya.
Dari nusroh ke hamzah washal
Tidak berhenti di nusroh, AIDA juga menjalankan fungsi hamzah washol yaitu sebagai perantara. Dalam gramatika Arab, huruf ini akan terlihat atau terbaca ketika menjadi permulaan kata, namun melebur (tidak dibaca) ketika berada di tengah kalimat. Dalam konteks gerakan perdamaian, peran AIDA sebagai pihak yang memelopori silaturahmi antara mantan dan korban terorisme juga akan melebur tanpa perlu disebutkan.
AIDA berharap perjumpaan korban dan mantan pelaku bisa diambil sebagai ibroh dan bisa menjadi bagian dari narasi dakwah para ulama dan tokoh agama di Lombok. Pembelajaran yang bisa dipetik dari kisah korban terorisme antara lain tentang pentingnya memaafkan terhadap pelaku keburukan, serta bangkit dari segala penderitaan dan keterpurukan.
Baca juga Penyimpangan Pemahaman Agama Kelompok Ekstrem (Bagian pertama)
Sedangkan ibroh dari mantan pelaku antara lain pentingnya bersikap terbuka untuk menyadari kesalahan, walaupun telah berilmu tinggi; serta pentingnya menyadarkan umat Islam agar manakala mengalami ketidakadilan, hendaknya dibalas dengan cara-cara yang adil dan bermartabat.
Para peserta berharap agar silaturahmi antara AIDA dengan para tuan guru, ulama dan tokoh agama di Lombok terus terjalin untuk Indonesia yang lebih damai.
Baca juga Penyimpangan Pemahaman Agama Kelompok Ekstrem (Bagian 2- Selesai)