11/07/2024

Penyimpangan Pemahaman Agama Kelompok Ekstrem (Bagian pertama)

Sikap dan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahaman yang dimilikinya, termasuk soal keagamaan. Agama sebagai entitas keyakinan seseorang sangat membutuhkan pemahaman yang baik dan benar sehingga tidak ada penyimpangan dalam memahami dan mempraktikkannya. Ada sebagian pemeluk agama yang pernah mengalami penyimpangan dalam memahami ajaran agamanya, salah satunya Mukhtar Khairi.

Mukhtar Khairi ialah seorang mantan warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang, Jakarta Timur. Ia ditangkap dan dipenjara akibat terlibat kasus pelaksanaan pelatihan militer di Jalin Jantho, Aceh pada 2010 silam. Ia pernah memahami ajaran keagamaan yang keliru layaknya pemahaman keagamaan kelompok ekstrem.

Baca juga Miskomunikasi dan Empati

Namun, ketika tengah menjalani hukuman di Lapas, ia mengalami perubahan pemahamaan keagamaan yang lebih terbuka. Ia mempelajari kembali Alquran dan hadis, membaca buku-buku ulama, dan belajar kepada ustaz-ustaz yang lebih fakih.

Menurut Mukhtar ada penyimpangan sebagian ajaran keagamaan yang dilakukan kelompok ekstrem. Pemahaman tersebut pada akhirnya menjadi ideologi yang mengakar kuat pada mereka. Padahal Allah SWT melarang hamba-Nya bersikap ekstrem dan berlebihan dalam beragama atau bersikap ghuluw.

Baca juga Sosok Pendukung Kebangkitan Penyintas Terorisme

Bentuk penyimpangan awal kelompok ekstrem biasanya mereka mendukung tindakan kekerasan dengan anggapan mempraktikkan amar makruf nahi mungkar. Misalnya, aksi sweeping terhadap tempat hiburan menggunakan kekerasan bahkan melukai seseorang, juga perusakan sarana dan prasarana.

Dalam pandangan Mukhtar, kaidah agama dalam implementasi amar makruf nahi mungkar harus dilakukan melalui kebaikan. Jika seseorang ingin memerintahkan atau mengajak orang lain kepada kebaikan maka harus dengan cara yang baik, begitu pun jika ingin mencegah kemungkaran tidak boleh menimbulkan kemungkaran lain. Sebagaimana kisah ulama Ibnu Taimiyah yang melarang muridnya untuk menyerang tentara Tartar yang mabuk-mabukan, karena akan menimbulkan kemarahan dari tentara tersebut.

Baca juga Menerima untuk Mengikhlaskan

Di antara motif kelompok ekstrem melakukan tindakan ekstrem dan teror adalah ingin mengubah negara Indonesia menjadi negara berbasis agama tertentu, menunjukkan eksistensi kelompok, dan mengubah konstitusi negara serta menciptakan perang atas nama jihad atau berperang di jalan Allah SWT meskipun di negeri aman.

Mukhtar menjelaskan, terkait motif negara agama, sejarah membuktikan bahwa sejak zaman dahulu kelompok-kelompok ekstrem selalu mengusung isu agama dan ingin menjadikan sistem kekhalifahan sebagai sistem tunggal negara yang ditempuh dengan jalan kekerasan. Misalnya, maraknya sumpah setia (baiat) di berbagai tempat kepada Abu Bakar al-Baghdadi, pemimpin ISIS internasional sebagai satu-satunya khalifah yang dianggap benar. Sedangkan dalam sejarah Islam didapatkan sistem pemerintahan yang beragam namun tidak ada pertentangan di internal mayoritas umat Islam sendiri kala itu.

Baca juga Nasib Perdamaian di Gaza

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *