Pertobatan Mantan Ekstremis: Terlibat Pelatihan Militer (Bagian 2)

Aliansi Indonesia Damai- Usai mengubah penampilan dirinya, ketertarikan Mukhtar Khairi terhadap jaringan ekstremisme kian menguat. Tak hanya intensif mengikuti pengajian eksklusif yang mengajari pentingnya berjihad dalam arti perang, serta kewajiban membela kaum muslim yang tertindas, Mukhtar juga bergabung dengan kelompok yang akan menggelar pelatihan militer sebagai bentuk persiapan jihad. Dia belajar tentang teori dan keterampilan militer.

Mukhtar dianggap gigih mengikuti pelajaran teori sehingga terpilih sebagai kader yang akan diberangkatkan ke Aceh. Kendati sebenarnya tidak ingin terlibat jihad di Aceh dan lebih berminat untuk jihad ke Afghanistan atau Palestina –dua negara yang menurut dia umat muslimnya betul-betul dizalimi– namun karena instruksi pemimpin kelompoknya,  Mukhtar tetap berangkat mengikuti pelatihan di pegunungan Jalin Jantho, Aceh Besar.

Baca juga Pertobatan Mantan Ekstremis: Berawal Dari Pengajian Eksklusif (Bagian 1)

Mukhtar belajar merakit bom, menggunakan senjata laras panjang maupun pendek, dan mengikuti pengajian rutin Dul Matin, salah seorang tokoh kelompok teror, tentang materi-materi jihad dan penyemangat perjuangan. Semakin hari Mukhtar makin nyaman berada di kelompok tersebut, bahkan mulai melupakan keluarganya. Berdasarkan penuturannya, keluarga tidak pernah tahu bahwa Mukhtar bergabung dengan kelompok ekstremis. Kepada orang tua dan istri, Mukhtar meminta izin untuk bekerja di luar pulau Jawa.

Selain mengikuti pelatihan militer, Mukhtar ditugaskan secara khusus untuk memantau pejabat-pejabat pemerintah RI di hotel. Ia juga mencari orang-orang yang tertarik pada organisasi Negara Islam Indonesia (NII) untuk diajak bergabung. Selain itu Mukhtar juga mengurusi kebutuhan logistik teman-temannya di pelatihan militer. Saat bersamaan Mukhtar masih berusaha mencari hubungan dengan orang-orang yang hendak hijrah dan berjihad ke Afghanistan.

Baca juga Mukhtar Khairi, Makin Mantap Meninggalkan Ekstremisme Setelah Bertemu Korban

Beberapa kali Mukhtar berusaha agar dikirim ke Afghanistan, namun mimpi untuk berjihad ke negara konflik tak pernah tercapai. Setelah beberapa waktu mendapatkan pelatihan, Mukhtar mulai merasa dibohongi karena tidak mendapatkan ilmu jihad yang diharapkan. Malahan di Aceh justru bertemu dengan lintas organisasi ekstrem yang tidak ia kenal sebelumnya. Apalagi setelah mengetahui bahwa target serangan dan perampokan kelompoknya adalah Markas Polsek dan toko-toko emas.

Ketika Mukhtar turun dari pegunungan, beberapa kali ia dikejar oleh anggota kepolisian dan aparat keamanan. Bahkan Mukhtar bersama teman-temannya pernah menyandera salah seorang anggota polisi, serta menyita dokumen dan senjata miliknya. Namun justru karena tragedi tersebut, polisi mengejar kelompok Mukhtar sampai ke hutan. Menurut penuturannya, ia dan teman-temannya sempat tak bisa makan secara pasti selama tiga minggu. Di pegunungan ia memburu rusa untuk konsumsi sehari-hari.

Tak jarang terjadi baku tembak yang mencekam antara polisi dengan kelompoknya. Sebagian teman Mukhtar pun meninggal dunia. Kehidupan Mukhtar mulai berantakan dan merasa tidak aman. Sampai pada keadaan di mana Mukhtar kehabisan logistik, baik dari segi persenjataan maupun makanan. Ia pun akhirnya tertangkap pada bulan Maret tahun 2010 dan harus menjalani hukuman penjara selama lima tahun. (Bersambung)

Baca juga Tiga Pesan Damai Mantan Ekstremis untuk Generasi Muda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *