22/01/2021

Pemaafan Penyintas Bom Thamrin untuk Perdamaian

Marah adalah sifat manusiawi ketika seseorang merasa tidak nyaman atau merasa dirugikan dengan situasi dan kondisi yang ia alami. Meski manusiawi, namun ternyata ada hal yang lebih bermanfaat dan lebih mulia yang bisa dilakukan selain marah, yakni mengikhlaskan dan memaafkan.

Terlalu lama menyimpan amarah hanya akan menyakiti diri sendiri. Sedangkan mengikhlaskan apa yang terjadi lalu kemudian memaafkan, justru akan membuat hidup menjadi lebih baik, bagi kesehatan mental diri sendiri maupun kedamaian sekitar.

Baca juga Keutamaan Memaafkan

Pengalaman inilah yang pernah dialami oleh Nurman Permana, salah satu korban Bom Thamrin. Pagi menjelang siang, 14 Januari 2016, bom meledak di pos polisi perempatan Plaza Sarinah, saat ia dan kakaknya, Agus Kurnia, tengah menyeberang jalan. Akibatnya beberapa serpihan bom melukai lengan dan ketiaknya. Gendang telinga Nurman pun mengalami cedera dan belum bisa pulih seperti sedia kala.

Dalam sebuah kegiatan bersama AIDA, Permana mengaku pernah merasa sangat kesal dengan perbuatan para teroris. Karena mereka telah membuat dirinya mengalami masa-masa sulit yang cukup lama, baik trauma psikis maupun serangkaian perawatan untuk luka fisiknya. Namun lambat laun ia menyadari bahwa selama masih menyimpan amarah dengan apa yang  telah ia alami, selama itulah hidupnya tidak tenang.

Baca juga 2021: Instrospeksi untuk Kemaslahatan

Tidak hanya Permana yang merasakan dampak baik dari ikhlas memaafkan. Kakaknya, Agus Kurnia, semula juga sangat marah dengan ketidakadilan yang ia terima. Namun dengan seringnya bersilaturahmi dengan para penyintas bom lainnya, kemarahan dan traumanya pun mereda.

Pada pertengahan tahun 2018, ia mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan mantan pelaku terorisme yang telah bertobat dan beralih menyebarkan perdamaian. Pada pertemuan itulah Agus Kurnia membuat keputusan terbaiknya, yaitu memaafkan mantan pelaku terorisme dan bertekad satu suara untuk mensyiarkan perdamaian demi masa depan Indonesia yang lebih damai.

Baca juga Menaklukkan Hati dengan Hati

Membuang rasa dendam dan amarah, sehingga menyembuhkan diri sendiri juga telah dirasakan manfaatnya oleh Chairil Islami,  juga korban Bom Thamrin. Bahkan harapannya sangat besar. Dengan mengikhlaskan dan memaafkan maka akan tercipta kedamaian masa depan.

“Awal-awal saya memang merasa emosi dan dendam. Saya pikir itu manusiawi. Namun setelah bertemu dan berdialog, mereka punya itikad baik untuk meminta maaf. Maka sebagai sesama muslim, saya juga harus memaafkan. Semoga dunia dan Indonesia lebih damai,” ucapnya berharap.

Baca juga Dari Penyintas Muda untuk Perdamaian Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *