21/01/2021

Pengabdian Tak Kenal Keterbatasan

Aliansi Indonesia Damai– Pagi itu, 9 September 2004, dengan gagah seorang pemuda anggota Direktorat Pengamanan Obyek Vital (Pam Obvit) Polda Metro Jaya sedang bersiaga di depan gedung Kedutaan Besar Australia di kawasan Kuningan Jakarta Selatan. Dia lah Asep Wahyudi, pria berdarah Sunda yang masih berusia 20 tahun kala itu. Impiannya untuk berkarier di kepolisian masih tinggi. Ia tak menyana bahwa hari itu akan menjadi titik balik perubahan hidupnya.

Sembari bertugas, Asep mengobrol seperti biasa dengan kawannya. Sekitar pukul 10.00 WIB, ia dan kawannya melihat mobil box mencoba memasuki area gedung kedutaan. Awalnya ia mengira akan terjadi tabrakan. Ketika hendak menghampiri mobil tersebut, ledakan dahsyat terjadi.

Baca juga Ibu Korban Bom: Kenapa Membunuh Anak Saya?

Asep terlempar ke selokan. Ia mencoba merangkak dan berteriak meminta tolong, namun tak ada yang mendengar. Suasana porak poranda. Orang-orang bersimbah darah. Beberapa bangunan hancur. Rerentuhan kaca ada di mana-mana. Pandangan Asep menjadi gelap. Ia tak sadarkan diri.

Ia mendapatkan perawatan intensif  selama dua minggu di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta sebelum akhirnya dilarikan ke rumah sakit di Singapura. Asep tak sadarkan diri selama 9 bulan. Ketika sadar, ia justru mengalami amnesia. Butuh waktu 2 tahun untuk menyembuhkan ingatannya. Bahkan ia sempat lupa bahwa ia adalah seorang polisi.

Baca juga Ujian Ketangguhan Iman

Ledakan dahsyat itu menciptakan luka yang juga dahsyat di tubuh Asep. Ia harus menjadi disabilitas seumur hidup. “Sampai saat ini saya mengalami cacat seumur hidup, mata saya nggak bisa lihat satu, telinga saya nggak bisa denger satu. Jalan saya jadi pincang, nggak bisa lurus,” kata Asep sambil terbata-bata saat membagi kisahnya di salah satu kegiatan AIDA.

Asep tak lagi bisa menjalani hidupnya seperti sedia kala. Bahkan untuk bernafas saja, ia harus mendapatkan sokongan selang oksigen. Saraf pernafasan Asep pada bagian trakea terganggu dan membuatnya sering tersengal-sengal saat berbicara. Hingga 16 tahun berlalu, pengobatan dan perawatan masih harus ia jalani.

Baca juga Anakku Penguatku

Bukan hanya itu, karena keterbatasan fisiknya, Asep dua kali gagal menjalani bahtera rumah tangga. “Saya dua kali mengalami kegagalan rumah tangga karena istri saya tidak menerima kondisi saya seperti ini. Dua kali menikah gagal. Yang kedua kali ini, kabur lagi istri saya karena fisik saya tidak normal seperti orang normal,” katanya.

Penderitaan tak hanya dirasakan Asep, tapi juga keluarga Asep. Beruntung keluarga Asep tak henti memberikan suntikan semangat agar Asep bisa bertahan di balik keterbatasan fisiknya saat ini. Kakak perempuan Asep, Teti, selalu mendampingi Asep di masa-masa terpuruknya.

Baca juga Berbagi Cerita Melawan Trauma

“Untuk melangsungkan hidup saja, Asep susah, Pak. Karena rumah tangga tidak hanya tuntutan materi. Saya sebagai keluarga merasa kasihan, sudah 16 tahun saya ngurus asep dengan ketidaksempurnaan Asep. Sebagai kakak saya selalu merasakan penderitaan Asep,” ujar Teti tak kuasa menahan air matanya.

Untuk mengembalikan semangatnya, kini Asep ditugaskan di Polsek Sumedang Selatan. “Setidaknya bisa menghibur diri, untuk bisa menempatkan posisinya bahwa dia seorang aparat. Karena saat kejadian kan Asep masih bujangan. Masih banyak harapan yang dicita-citakan. Tapi sejak kejadian itu harapan-harapannya pupus diganti dengan penuh perjuangan,” ujar Teti.

Baca juga Dukungan Kerabat untuk Pemulihan Korban Bom Kuningan

Asep berharap tak akan ada lagi yang merasakan penderitaan seperti yang ia rasakan. “Jangan terulang lagi ulah mereka seperti saya korbannya. Menderita seumur hidup saya. Saya menyayangkan ulang mereka berbuat zalim sesama manusia,” kata Asep.

Semangat dalam diri Asep terus coba ia tumbuhkan. Ia tetap ingin menjalani pengabdiannya sebaik mungkin sebagai seorang polisi. Ia telah memimpikan menjadi seorang polisi sejak ia masih kecil. Kini, meski kondisinya terbatas, pengabdiannya tak pernah ada batas.

Baca juga Menepis Amarah Membangun Damai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *