18/02/2022

Dialog Siswa SMAN 16 Bandar Lampung dengan Penyintas Bom

Aliansi Indonesia Damai – Sebanyak 44 siswa SMAN 16 Bandar Lampung mengikuti “Dialog Interaktif Virtual: Belajar Bersama Menjadi Generasi Tangguh” yang digelar oleh AIDA secara daring pada akhir Januari lalu. Salah satu narasumber yang dihadirkan adalah Susi Afitriyani, penyintas Bom Kampung Melayu 2017.

Perempuan yang akrab disapa Pipit itu mengalami musibah saat sedang menunggu angkutan umum di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur, 24 Mei 2017. Saat itu ia hendak kembali ke indekosnya usai mengikuti perkuliahan di kampusnya. Nahas, bom meledak sesaat setelah ia keluar dari minimarket yang ada di kompleks terminal.

Baca juga Pionir Perdamaian dari Bandar Lampung

Pipit mengalami sejumlah cedera, salah satunya patah tulang di pangkal lengan kanan. Hingga kini ia harus banyak bertumpu dan beraktivitas dengan tangan kirinya.

Usai menyimak paparan Pipit, sejumlah peserta mengajukan pertanyaan. Salah satu siswa menanyakan tentang perasaan Pipit terhadap para pelaku pengeboman, apakah ia menyimpan dendam terhadap mereka.

Baca juga Dialog Siswa SMAN 16 Bandar Lampung dengan Mantan Ekstremis

“Alhamdulillah, setelah saya sadar (pulih; red), saya sempat diperlihatkan foto pelaku, dan ditanya apakah saya menyimpan dendam kepada mereka. Dengan kondisi saya yang belum stabil saat itu, hingga saat ini pun, saya tetap menjawab tidak ada rasa dendam sedikit pun kepada mereka,” jawabnya.

Menurut Pipit, ia meyakini bahwa apa yang menimpanya merupakan bagian dari takdir. Bahkan ia percaya, musibah tersebut adalah hal terbaik yang telah dipilihkan oleh Allah Swt untuk dirinya. “Saya yakin, apa yang saat itu saya jalani adalah hal yang sangat baik di mata Allah, meskipun dipandang oleh sebagian orang, (tubuh) saya menjadi tidak normal,” tuturnya.

Baca juga Penyintas dan Mantan Ekstremis di Mata Pelajar Lampung

Pertanyaan lain muncul perihal adanya permintaan maaf dari pelaku. Pipit lantas menceritakan bahwa ia beberapa kali bertemu dengan mantan pelaku terorisme yang meminta maaf kepadanya dan para penyintas lainnya.

Di akhir kegiatan, beberapa siswa mengaku terharu dan termotivasi atas apa yang telah disampaikan oleh Pipit. Salah seorang siswa mengungkapkan, dirinya belajar untuk bisa tabah menerima ujian dari Allah Swt dengan tidak mudah menyerah.

Baca juga Memupuk Karakter Damai

“Bahwasannya ketika kita terkena musibah atau diberikan ujian oleh Allah, harus tetap semangat dan jangan menyerah. Apabila kita ingin menyerah, ingatlah bahwa Allah Swt senantiasa bersama dengan kita,” kata seorang siswa di sesi akhir kegiatan. [WTR]

Baca juga Pesan Ketangguhan Pelajar Bandar Lampung (Bag. 1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *