08/07/2024

Miskomunikasi dan Empati

Miskomunikasi terkadang menjadi pemicu konflik, baik dalam hubungan pribadi, profesional, maupun hubungan sosial. Karena itu, sangat penting seseorang memiliki kemampuan berkomunikasi yang jelas dan efektif. Apalagi di era digital, melalui kecanggihan teknologi informasi kita dapat berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain kapan pun dan di mana pun tanpa sekat geografis maupun waktu (borderless). Bahkan, termasuk berkomunikasi dengan orang yang tak diketahui secara jelas seperti apa rupanya.

Terjadinya miskomunikasi dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. Pertama, kesalahan persepsi, di mana setiap individu memiliki pandangan tersendiri terhadap dunia (point of view) yang dibentuk atau dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman, pendidikan, nilai-nilai kehidupan yang dianut atau lainnya. Semua itu bisa menyebabkan pesan dalam komunikasi dua arah tidak dipahami sebagaimana mestinya karena dua pihak tersebut terpaku pada sudut pandangnya sendiri.

Baca juga Sosok Pendukung Kebangkitan Penyintas Terorisme

Kedua, keterbatasan diksi, di mana kata-kata memiliki banyak arti, dan penafsirannya bisa berbeda antara satu individu dan lainnya. Kesalahpahaman dalam komunikasi banyak terjadi akibat kata-kata atau bahasa yang digunakan tidak sefrekuensi bahkan ambigu. 

Faktor lainnya adalah kondisi emosional pelaku komunikasi yang tidak stabil. Emosi kejiwaan orang yang berkomunikasi, seperti rasa marah, sedih, bahagia, atau frustrasi berpeluang membuat samar kemampuan individu dalam mendengarkan, menyimak dan memaknai kalimat atau bahasa yang disampaikan orang lain hingga tidak mampu merespons secara rasional. Ditambah lagi, kondisi eksternal seperti kebisingan dan gangguan teknologi informasi sangat mungkin memengaruhi seseorang dalam proses berkomunikasi dan mengganggunya untuk menangkap pesan komunikasi dengan baik.

Baca juga Menerima untuk Mengikhlaskan

Untuk menghindari miskomunikasi, dibutuhkan penguatan aspek psikologis setiap individu. Caranya, salah satunya dengan memperkuat kemampuan berempati. Empati adalah kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. Misalnya pada saat berkomunikasi, kita mendengarkan terlebih dahulu mitra bicara kita tanpa memikirkan respons seperti apa yang akan kita sampaikan. Komunikasi yang demikian ternyata berguna untuk menciptakan rasa saling dipahami dan dihargai.

Riset awal tentang empati dilakukan Davis pada tahun 1983 saat mengembangkan Interpersonal Reactivity Index (IRI), yang mengukur berbagai aspek empati, termasuk perspektif pengambilan dan perhatian empatik. Studi ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki skor tinggi pada perhatian empatik lebih mampu memahami perasaan dan kebutuhan orang lain, yang membantu dalam mengurangi konflik antarindividu.

Baca juga Nasib Perdamaian di Gaza

Dalam artikel psikologi, Empathy Is the Key to Conflict Resolution or Management, Mark B. Baer, menemukan bahwa empati adalah kunci untuk resolusi konflik, baik dalam hubungan pribadi maupun profesional. Komunikasi yang tidak dipahami dengan sempurna tapi diterima dengan cara berempati akan mendorong munculnya pemahaman yang lebih dalam dan penyelesaian miskomunikasi lebih damai daripada sekadar memenangkan argumen​ salah dan benar.

Lalu, bagaimana caranya agar mampu mendapatkan informasi yang utuh dari miskomunikasi? Pertama, klarifikasi dan verifikasi, yakni meminta kejelasan (konfirmasi) atau memastikan apa yang didengar kepada sumber informasi agar persepsi kita tidak keliru. Kedua, kejujuran dan rendah hati, yakni mengakui bila ada kesalahan dan meminta maaf bila salah dalam mengambil kesimpulan, mempersepsikan, atau menyebarkan informasi keliru. Kejujuran akan membuat komunikasi yang rusak dapat menjadi lebih baik.

Baca juga Mensyukuri Hari Kemenangan, Memperkuat Solidaritas

Ketiga, pentingnya mengelola emosi dengan baik. Ketika mendapatkan informasi yang kurang baik maka hendaknya kita mampu menahan diri untuk tidak reaktif. Hal ini selain untuk menjaga kondusifitas hubungan, juga merupakan bentuk latihan mindfulness agar bisa mengurangi stres dan meningkatkan kontrol emosi.

Pada akhirnya, miskomunikasi tak terhindarkan dalam interaksi manusia sebagai makhluk sosial. Namun, bila kita menumbuhkan empati, melakukan klarifikasi, verifikasi, jujur dan rendah hati maka dapat mengurangi dampak negatif dalam berkomunikasi. Semoga dengan komunikasi yang baik, kita mampu menciptakan suasana harmonis dan damai di mana pun kita berada.

Baca juga Menguatkan Semangat Damai Pelajar Melalui Sanlat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *