Sosok Pendukung Kebangkitan Penyintas Terorisme
Pada suatu titik, setiap individu mungkin akan menghadapi masa-masa sulit atau keterpurukan dalam hidupnya seperti kehilangan pekerjaan, kegagalan mencapai impian, atau tragedi pribadi lainnya. Keterpurukan tersebut bisa saja mengguncang kehidupan seseorang yang mengalaminya. Namun ketika mengalami keterpurukan, hendaknya berusaha untuk bangkit. Sebab kebangkitan dari keterpurukan bukan hanya mungkin, tetapi juga bisa menjadi momen bertumbuh yang mendalam seperti yang telah dialami penyintas terorisme.
Kita bisa belajar dari pengalaman penyintas terorisme yang memiliki sosok pendukung untuk bangkit dari keterpurukan. Sosok tersebut sangat berperan penting dalam memberikan semangat dan dukungan bagi penyintas untuk bangkit dari keterpurukannya. Berdasarkan pengalaman sebagian penyintas terorisme, berikut sosok-sosok tersebut.
Baca juga Menerima untuk Mengikhlaskan
Pertama, keluarga inti. Keluarga inti seperti orang tua, pasangan atau anak sering kali menjadi sumber dukungan emosional yang utama. Kehadiran mereka memberikan rasa aman dan cinta yang sangat penting bagi penyintas dalam proses pemulihannya. Kehadiran keluarga juga membantu dalam hal-hal praktis keseharian, seperti kontrol medis, logistik, dan kebutuhan dasar lainnya, yang memungkinkan penyintas untuk fokus pada pemulihan mereka.
Selain itu, dalam riset Murdock dan Gore (2019) berjudul Family Support as a Protective Factor for Mental Health dalam Journal of Family Psychology menemukan korelasi antara ikatan keluarga yang kuat dan ketahanan seseorang terhadap stres. Menurut temuan riset tersebut, individu yang merasakan tingkat dukungan keluarga yang lebih tinggi, menunjukkan kemampuan menangani kecemasan, depresi, dan gangguan kesehatan mental lebih baik.
Baca juga Nasib Perdamaian di Gaza
Kedua, sesama korban. Dukungan dari orang-orang yang senasib memiliki kekuatan yang luar biasa. Hal ini karena mereka yang sudah bangkit pernah merasakan apa yang sedang dialami rekannya. Mereka tahu persis pahit dan getirnya menjadi korban terorisme. Karena itu, bentuk dukungan dan semangat yang diberikan pun penuh dengan empati dan simpati yang tulus. Dukungan dan solidaritas dari sesama korban ampuh menumbuhkan semangat kebangkitan penyintas.
Menurut Serge Moscovici dan Marissa Zavalloni dalam artikelnya di Journal of Personality and Social Psychology, seseorang akan menunjukkan sikapnya dengan lebih terbuka jika menemukan pembenaran pada orang lain yang juga memiliki kesamaan. Maka tidak heran bila kita melihat para penyintas yang tidak saling kenal sebelumnya, namun karena kesamaan nasib sebagai korban bom terorisme sering berkumpul dan saling menguatkan. Mereka ingin bisa bangkit bersama. Belum lagi ada motivasi dari support system yang lain seperti keluarga inti, pasangan, dan pihak lain.
Baca juga Mensyukuri Hari Kemenangan, Memperkuat Solidaritas
Ketiga, lembaga negara dan nonnegara. Mereka mendukung penyintas terorisme dengan memberikan haknya dan menghubungkan ke layanan yang dibutuhkan, seperti dukungan psikososial, psikologis, dan bantuan lainnya. Mereka juga sering membantu penyintas melalui berbagai program dan layanan khusus untuk penyintas. Mereka pun menawarkan dukungan jangka panjang, mulai dari konseling hingga pelatihan keterampilan yang membantu penyintas membangun atau menata kembali kehidupannya.
Itulah sosok-sosok yang mendukung kebangkitan penyintas terorisme dari keterpurukannya. Keterpurukan memang bisa menjadi salah satu fase paling sulit dalam kehidupan seseorang. Namun, dengan penerimaan, keteguhan dan dukungan sosok-sosok yang peduli, kebangkitan bukan hanya mungkin tetapi juga bisa membawa seseorang ke tingkat kesadaran dan keberhasilan yang lebih tinggi. Ingatlah bahwa setiap tantangan adalah peluang untuk tumbuh dan berkembang, serta setiap kejadian adalah awal dari sesuatu yang baru.