Dimanakah Cinta Berada?

People killing people dying, children hurtin you hear them crying, can you practice what you preach?…”

Sepenggal lirik di atas ada dalam lagu Where is the Love yang dirilis Black Eyed Peas pada tahun 2003. Lirik tersebut menyebutkan bahwa antar manusia masih banyak melakukan kekerasan. Dan pernyataan tersebut mempertanyakan, masih adakah orang yang akan mempertahankan cinta ketika banyak luka yang didapat individu? Masih maukah orang saling mengasihi satu sama lain ketika disakiti? Dan sampai hari ini, kekerasan masih masif dan terjadi.

Black Eyed Peas menciptakan lagu ini terinspirasi dari serangan teroris oleh KKK (Ku Klux Klan). Mereka adalah kelompok persaudaraan dan beraktivitas untuk melecehkan budak kulit hitam. Tujuannya melemahkan pembentukan politik kulit hitam melalui teror dengan melakukan pembunuhan dan ancaman kekerasan. Bukan hanya itu saja, tapi juga serangan World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 serta teror lainnya, isu rasisme, diskriminasi, intoleransi yang hanya akan menghasilkan kebencian, rasa sakit, dan kerugian semata.

Baca juga Malam Kebersamaan Tim Perdamaian

Dari lagu ini kita bisa belajar bahwa banyak sekali tragedi di dunia, baik itu kekerasan dalam negeri maupun internasional. Penulis berangkat dari kelompok teroris sayap kanan Amerika, yakni KKK yang menggunakan teror sebagai bentuk pemenuhan tujuan mereka untuk melakukan diskriminasi. Jika kita sebagai individu hanya memiliki rasa cinta terhadap kelompok tertentu, maka akan banyak ruang diskriminasi yang menyebabkan kebencian antar individu maupun kelompok.

Bagi penulis, terorisme, diskriminasi, sampai dengan rasisme merupakan ancaman yang direncanakan menggunakan kekerasan oleh individu ataupun kelompok dengan maksud untuk mendapatkan tujuan yang ditetapkan. Ini timbul akibat dari banyaknya perbedaan yang belum bisa diterima yang memunculkan penyebaran kebencian sampai dengan kekerasan. Hal ini juga akan berdampak pada lingkungan sekitar, salah satunya korban langsung maupun tidak langsung. Korban harus menanggung kerugian sosial, ekonomi, maupun psikologi.

Saling Memahami dan Menghargai

Dimanakah cinta itu? Pertanyaan ini yang dominan muncul dalam lagu tersebut. Dalam lagu ini dipaparkan bahwa sebagai generasi muda, kita masih kurang peduli dengan perdamaian dunia. Masih mengedepankan keegoisan, media masih mencitrakan disinformasi yang menginfeksi pikiran. Kurangnya rasa untuk memahami satu sama lain, membuat renggangnya rasa persatuan, hingga damai pun luput dari pandangan.

Baca juga Keakraban, Kedamaian dan Pesona Bromo

Cinta bisa ditemukan ketika satu sama lain telah memahami kebenaran, memiliki rasa saling menghargai, menyayangi, timbul rasa toleransi, dan tidak memiliki rasa dendam dalam diri untuk menciptakan perdamaian. 

Dalam konteks Indonesia, disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya suku bangsa, budaya, agama. Tidak ada satupun dari keragaman yang ada mengajarkan untuk menebar kebencian, mendorong melakukan kekerasan, dan sebagainya. Dengan keberagaman, toleransi, tenggang rasa telah dipupuk sejak lama. Ketika Indonesia dirundung serangan teroris, warga negara tidak takut dan tidak menjatuhkan satu sama lain karena untuk mencapai negara yang damai, dimulai dari negara yang saling bertoleransi. 

Oleh karena itu, bangun rasa peduli, bertoleransi, penuh kasih, untuk menyembuhkan dunia akibat terorisme, diskriminasi, rasisme menuju dunia yang damai.

Baca juga Sembuhkan Dunia dengan Perdamaian

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *